SuaraKaltim.id - Terjadi kasus penikaman di Klandasan Ulu, Kota Balikpapan, Jumat (2/4/2021). Tamrin (43) menjadi korban, ia diserang menggunakan senjata tajam oleh orang tak dikenal. Saat ia menuju masjid untuk melaksanakan Salat Subuh.
Istri korban, Menceng, selain sedih dan kecewa, ia heran dengan penikaman terhadap sang suami.
Menurutnya, selama ini suaminya tak punya masalah apapun. Apalagi ia relatif belum lama tinggal di Balikpapan, bahkan sang suami sempat ke Ternate beberapa waktu lalu.
“Suamiku gak ada musuhnya, makanya aku heran. Aku dari Kampung Sulawesi saya sudah bulan enam disini. Suamiku langsung ke Ternate, gak lama di sana dia kembali kesini, aman-aman saja gak ada masalah,” ungkap istri korban., dilansir dari Inibalikpapan.com, jaringan Suara.com.
Menceng berharap kepolisian mengusut tuntas kasus penikaman tersebut. Dari informasi yang dihimpun, Tamrin diserang dari belakang. Pelaku diduga sendirian, menggunakan dua senjata tajam.
“Ini harus dituntaskan masalahnya, maksudnya kasus apa? dia begini dibacok,” ujar Menceng kepada awak media.
Menceng menceritakan, jika memang suami setiap hari melaksanakan Salat Subuh. Ia heran, mengapa terjadi penikaman terhadap sang suami.
“Dia setiap subuh ke masjid, jadi dia langsung pergi aja, ke masjid suamiku. Dari belakang dia dibacok,” ujarnya.
Menceng mengetahui sang suami jadi korban penikaman dari anak mereka. Tak ayal dengan cepat Menceng mendatangi sang suami yang saat itu dalam kondisi tergeletak penuh luka.
“Tergelatak di luar masjid itu ada kursi yang warga hijau kecil,” ujarnya.
Suami menceng kemudian meminta diirnya untuk mencarikan mobil ambulan untuk dibawa ke rumah sakit. Korban juga sempat bercerita saat ditanya sang istri terkait kejadian tersebut.
“Kenapa gak melawan? ku lawan cuman kutahan terus supaya dia gak tusuk perutku,” ucap Menceng, menirukan dialog dirinya dengan sang suami.
“Jadi tangannya luka semua (tahan pakai tangan), kepala nya. Jadi pokoknya penuh tusukan semua itu. Penuh darah semua ini, aku gak bisa lihat darah, gak bisa lihat luka. Ngomong dokter aja kututup telingaku.”