SuaraKaltim.id - Wanita diduga Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sempat mengamuk di konter HP di Jalan Ahmad Yani beberapa waktu lalu akhirnya diamankan Satpol-PP Bontang.
Kepala Satpol-PP Ahmad Yani mengatakan, sebelum nya keberadaan ODGJ dilaporkan oleh warga di salah satu tempat usaha.
Namun, saat petugas ke lokasi ODGJ itu sudah tidak ada. Kemudian, petugas menyisir dan akhirnya menemukan ODGJ tersebut di dekat rumah warga sekitaran Jalan Ahmad Yani, Api-api, Bontang Utara.
"Iya sudah kami amankan. Prosesnya cukup lama karena membujuk ODGJ yang cukup tempramental," kata Ahmad Yani, saat dikonfirmasi KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Minggu (3/7/2022).
Baca Juga:Perkelahian Sepasang ODGJ, Pos Jaga Dishub Kota Banjarbaru Terbakar, Botol Lem Banyak Ditemukan
Selanjutnya, ODGJ itu akan diserahkan ke Dinas Kesehatan (Diskes) serta Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-PM) untuk proses penanganan medis.
"Tugas kami sudah selesai. Sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)," tandasnya.
Untuk diketahui, wanita diduga ODGJ itu dikenal dengan nama Intan. Dia merupakan seorang perantauan asal Pulau Jawa. Medio 2005 lalu, dia sempat bekerja di kawasan hiburan malam di Berbas Pantai.
Saat itu, dirinya bekerja sebagai pemandu karaoke untuk setiap pengunjung yang ingin bernyanyi. Setahun berselang, Intan menikah dengan laki-laki pujaannya dan memiliki 1 orang anak.
Setelah menikah, dia berhenti bekerja dari tempat hiburan tersebut, untuk menjalani kisah hidupnya bersama suami dan anaknya.
Baca Juga:Ngeri Kali! Seorang Wanita di Madina Dilarikan ke Rumah Sakit Gegara Dibacok Diduga ODGJ
Kisah romansanya tak berlangsung lama. Dia cerai dengan suaminya. Tanpa nafkah, janda anak 1 ini kembali bekerja di tempat lamanya.
"Sempat berhenti dia. Tetapi saat bercerai dengan suami sirihnya kembali lagi jadi pekerja di THM," kata Ali Asrofin mantan Bhabinkamtibnas Kelurahan Berbas Pantai.
Saat kembali bekerja, anak pertamanya dititipkan ke orang untuk dirawat dan dibesarkan. Kala itu anaknya baru berumur sekira 3 tahun. Karena terpaksa, dia menitipkan anaknya dengan alasan keterbatasan ekonomi.
Tak lama kerja, Intan kembali menikah. Dari perkawinan keduanya dia dianugerahi anak. Kisahnya tak lagi berjalan mulus, lagi-lagi dia harus berpisah dengan sang suami.
Himpitan ekonomi memaksa Intan kembali menitipkan anaknya ke orang lain. Usianya masih setahun saat dia titipkan.
"Nah setelah dititipkan ternyata anaknya dibawa keluar kota. Dari situ lah si Intan sering melamun karena rindu dengan anaknya," sambungnya.
Kejiwaannya pun ikut terganggu sejak itu. Diperkirakan peristiwa itu terjadi 10 tahun yang lalu. Intan hidup luntang-lantung yang justru membuat depresinya semakin parah.
"Saat saya tanya waktu itu, kenapa kamu Intan kok melamun. Dia menjawab 'anak ku loh pak sudah tidak ada'," jelasnya menirukan percakapannya dulu.
Ali pun terus memantau keberadaan Intan yang hidup tidak jelas. Bahkan, sempat membawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, akibat gangguan mentalnya.
Saat tidak kumat saja, Intan masih bisa diajak komunikasi dan mengerti lawan bicaranya. Tempramental ternyata berdampak buruk bagi kehidupan sosial sekitarnya.
Dari Ali lagi, Intan disebut mengetahui jika ditanya anaknya yang pertama namanya siapa, tinggal di mana, dan bagaimana perkembangannya. Ali menyebut Intan masih nyambung.
"Saya bawa ke RS kemarin kemudian mau dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa di Samarinda," terangnya.
Terakhir ia meminta, kepada masyarakat yang melihat sebaiknya melaporkan ke pihak Dinas Sosial, atau Satpol-PP untuk dibawa ke RS agar bisa mendapatkan perawatan.
Lebih lanjut katanya, sempat waktu itu Intan akan dibawa pulang ke kampung halamannya di Jawa Timur (Jatim) tetapi selalu ditolak oleh Intan.
"Coba diajak saja bicara baik-baik. Atau laporkan saja sama pihak keamanan dan minta dihubungkan ke Satpol-PP atau Dissos-PM," pungkasnya.