SuaraKaltim.id - Hilir mudik angkutan laut di Pelabuhan Kapal Cepat (Speed boat) Kampung Baru, Balikpapan Barat, Selasa (20/9/2022). Mode transportasi laut itu masih jadi pilihan warga Balikpapan yang ingin berkunjung ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Dua daerah ini memang dipisahkan oleh teluk Balikpapan.
Selain speed boat, juga ada kapal kayu yang bisa menampung penumpang dan juga sepeda motor untuk menyebrangi Teluk Balikpapan. Bagi masyarakat Balikpapan menyebutnya kapal kelotok. Bisa jadi pilihan pengendara motor dibandingkan Pelabuhan Ferry Kariangau jika ingin mengejar waktu.
Saat ini sudah hampir 2 pekan masyarakat merasakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Tak sedikit masyarakat Balikpapan yang mengeluhkan dengan adanya kenaikan BBM.
Jika beberapa waktu lalu sopir angkot yang mengeluhkan kenaikan tersebut, kini giliran motoris angkutan laut speed boat tujuan Balikpapan-PPU.
Baca Juga:Pertalite Mengalami Penurunan Kualitas? Ini Bantahan Pertamina
Sudah bertahun-tahun Burhan berprofesi sebagai motoris speed boat. Berbeda dengan kapal kelotok, speed boat justru menggunakan bahan bakar pertalite.
Kenaikan harga pertalite yang sekarang kini Rp 10 ribu per liternya, cukup dikeluhkan Burhan. Sehingga membuat ia bersama rekan seprofesi lainnya menaikkan tarif speed boat.
"Ya sebenarnya terpaksa ya harus naik tarifnya. Karena kita sekarang beli Rp 13 ribu per liter. Sekali pulang-pergi Balikpapan-PPU itu butuh lima liter. Jadi harus dinaikkan," katanya kepada jurnalis media ini, Selasa (20/9/2022).
Tarif speed boat saat ini berbeda antara penumpang umum dan PNS. Untuk masyarakat umum dikenakan Rp 20 ribu, sedangkan yang berprofesi PNS Rp 15 ribu.
Hanya saja Burhan mengakui dengan tarif baru itu tak jarang mendapatkan respon buruk dari penumpang. Sehingga dia mesti menjelaskan panjang lebar kepada penumpang terkait naiknya tarif.
Baca Juga:Jokowi Tolak Penghapusan dan Pengalihan Pelanggan Listrik Daya 450 VA
"Kadang kita kasih tau malah marah-marah," keluh Burhan.
Kenaikan BBM itu juga mempengaruhi pendapatan Burhan. Penumpang juga mulai sepi, biasanya 8 kali antar penumpang sekarang hanya dapat 5 hingga 6 kali aja sehari.
Dia sangat berharap mendapatkan keringanan dari pemerintah agar tidak berdampak pada transportasi laut.
Kontributor: Arif Fadillah