Ringkasan ceritanya adalah ketika diturunkan bayi perempuan oleh dewa, yang konon kabarnya bayi ini dimasukkan ke dalam sepotong mas bambu.
Ruas bambu meledak dan pecah, orang kemudian menemukan seorang bayi perempuan di dekat pecahan bambu tersebut dan beranggapan bayi tersebut berasal dari dalam bambu yang meledak tersebut.
Setelah terjadi bunyi ledakan, dari atas awan terdengar suara dewa yang berkata bahwa siapa yang mendengar bunyi letusan bambu.
Kemudian orang-orang yang hadir ada yang menjawab mereka mendengar, dan ada pula kelompok yang menjawab mereka tidak mendengar bunyi sedikitpun.
Maka dewa berkata lagi siapa yang mendengar bunyi ledakan tadi akan menjadi hamba sahaya dan harus bekerja keras di dunia ini, dan siapa yang tidak mendengar bunyi ledakan akan menjadi pengkawaq, mantiq tatau, dan merentikaq.
Baca Juga:Ngawat, Prosesi Meminta Bantuan pada Roh dalam Upacara Belian Bawo
Demikian permulaan cerita adanya kasta sosial menurut dongeng suku Tunjung dan tempat terjadi peristiwa ini disebut kemudian dengan nama bukit mangkuq hajiq dan di situ tumbuh sejenis bambu yang disebut Betui mangkuq hajiq.
Jadi menurut cerita rakyat tersebut, kasta sosial masyarakat Tunjung sudah ditentukan dewa pelindung mereka, dan bukan ciptaan manusia semata-mata.
Kontributor : Maliana