SuaraKaltim.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) meminta masyarakat mewaspadai penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tercatat mencapai 1.375 kasus dari 10 kabupaten/kota sejak awal tahun.
Hal itu disampaikan Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Kamis (17/04/2025) kemarin.
Ia mengungkapkan, data tersebut menunjukkan perlunya langkah-langkah pencegahan yang lebih intensif dari seluruh elemen masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Kaltim, Kota Balikpapan menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi, mencapai 439 kasus.
Baca Juga:Di Balik Tragedi Muara Kate: Jejak Hauling, Pembunuhan, dan Suara yang Tak Didengar
Menyusul di urutan kedua adalah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan 401 kasus, dan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dengan 237 kasus.
Wilayah lain juga mencatatkan kasus DBD, di antaranya Penajam Paser Utara (PPU) dengan 81 kasus, Kutai Barat (Kubar) 63 kasus, Bontang 49 kasus, Samarinda 43 kasus, Berau 29 kasus, Paser 28 kasus, dan Mahakam Ulu (Mahulu) sebanyak 5 kasus.
Jaya juga menyampaikan adanya tiga kasus kematian akibat DBD di daerah yaitu masing-masing satu kasus di Kubar, Berau, dan Balikpapan.
Pihaknya menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah kasus kematian lebih lanjut.
Menyikapi situasi ini, Dinkes Kaltim kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dalam memberantas sarang nyamuk Aedes aegypti, vektor utama pembawa virus dengue.
Baca Juga:Diskominfo Kaltim Gelar Coaching EPSS 2025, Siapkan Perangkat Daerah Hadapi Evaluasi Statistik
Jaya secara khusus mengimbau masyarakat untuk rutin melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus.
"Kami tidak bosan mengingatkan masyarakat untuk meluangkan waktu hanya 10 menit setiap hari Jumat untuk melakukan PSN 3M plus di lingkungan masing-masing," tegasnya, disadur dari ANTARA, Minggu (20/04/2025).
Langkah 3M plus yang dimaksud meliputi menguras tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menampung air.
Selain tiga langkah utama tersebut, Jaya juga menambahkan langkah mencegah yang meliputi tindakan tambahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dikuras, memakai pakaian tertutup, hingga menggunakan obat nyamuk.
Lebih lanjut, Dinkes Kaltim juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap gejala awal DBD.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam tanpa penyebab yang jelas dan meminta pemeriksaan NS1 untuk deteksi dini.
Jika ditemukan tanda-tanda bahaya DBD, pasien diminta harus segera mendapatkan perawatan inap sesuai dengan standar penatalaksanaan yang berlaku.
Keterlibatan aktif masyarakat dalam PSN 3M plus adalah kunci utama dalam menekan angka kasus DBD di Kaltim.
"Mari kita jadikan PSN sebagai gaya hidup untuk melindungi diri, keluarga, dan lingkungan dari ancaman DBD," ucap Jaya.
![Ilustrasi pasien DBD. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/20/98491-ilustrasi-pasien-dbd-ist.jpg)
Mengenal Lebih Dekat Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina.
Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Memahami lebih dalam tentang DBD, mulai dari penyebab, gejala, hingga pencegahannya, sangat penting untuk melindungi diri dan komunitas dari penyakit ini.
Penyebab dan Penularan DBD
Penyebab utama DBD adalah virus Dengue yang memiliki empat serotipe berbeda (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4).
Seseorang dapat terinfeksi DBD lebih dari satu kali seumur hidupnya, namun infeksi kedua dengan serotipe yang berbeda seringkali menyebabkan gejala yang lebih parah.
Penularan virus Dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang telah terinfeksi virus tersebut.
Nyamuk ini biasanya aktif menggigit pada pagi hingga sore hari. Setelah menggigit seseorang yang terinfeksi virus Dengue, nyamuk tersebut akan membawa virus di dalam tubuhnya dan dapat menularkannya kepada orang lain saat menggigit kembali setelah masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk.
Gejala-gejala DBD
Gejala DBD dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala awal seringkali mirip dengan penyakit flu biasa, namun dapat berkembang menjadi lebih serius dalam beberapa hari. Beberapa gejala umum DBD meliputi:
- Demam tinggi mendadak (38-40 derajat Celsius) yang berlangsung selama 2-7 hari.
- Sakit kepala parah, terutama di belakang mata.
- Nyeri pada otot, tulang, dan sendi.
- Mual dan muntah.
- Ruam kemerahan pada kulit yang muncul 2-5 hari setelah demam.
- Perdarahan ringan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie).
Pada kasus yang lebih parah, yang dikenal sebagai Demam Berdarah Dengue Berat (DBD Berat) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dapat terjadi gejala-gejala seperti:
- Nyeri perut yang hebat.
- Muntah terus-menerus.
- Perdarahan yang lebih serius (misalnya, muntah darah atau buang air besar berwarna hitam).
- Sesak napas.
- Penurunan kesadaran.
- Tanda-tanda syok (kulit dingin dan lembap, denyut nadi cepat dan lemah).
DBD Berat merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan medis segera.
Diagnosis DBD
Diagnosis DBD biasanya didasarkan pada gejala klinis dan riwayat perjalanan pasien ke daerah endemik. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti:
- Pemeriksaan darah: Untuk mendeteksi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia), peningkatan hematokrit, dan keberadaan antibodi atau antigen virus Dengue.
- Tes serologi: Untuk mendeteksi antibodi terhadap virus Dengue (IgM dan IgG).
- Tes antigen NS1: Untuk mendeteksi protein non-struktural 1 (NS1) virus Dengue pada fase awal infeksi.
Pengobatan DBD
Saat ini, belum ada obat antivirus spesifik untuk mengatasi infeksi virus Dengue. Pengobatan DBD berfokus pada penanganan gejala dan mencegah komplikasi. Beberapa langkah pengobatan yang umum dilakukan meliputi:
- Istirahat yang cukup.
- Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi (air putih, oralit, jus buah).
- Pemberian obat penurun panas dan pereda nyeri seperti parasetamol (hindari penggunaan aspirin atau ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan).
- Pemantauan ketat terhadap kondisi pasien, terutama tanda-tanda perburukan.
- Pemberian cairan intravena dan transfusi darah jika diperlukan pada kasus DBD Berat.
Pencegahan DBD
Pencegahan merupakan kunci utama dalam mengendalikan penyebaran DBD. Beberapa upaya pencegahan yang efektif meliputi:
- Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus:Menguras tempat penampungan air secara rutin (minimal seminggu sekali).
- Menutup rapat tempat penampungan air.
- Mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air.
Plus: Menggunakan kelambu saat tidur, menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan losion anti nyamuk, dan tidak menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk. - Fogging (pengasapan): Dilakukan pada daerah dengan kasus DBD untuk membunuh nyamuk dewasa, namun efektivitasnya terbatas dan perlu dilakukan secara tepat sasaran.
- Vaksinasi Dengue: Saat ini, beberapa jenis vaksin Dengue telah tersedia dan dapat diberikan pada kelompok usia tertentu sesuai dengan rekomendasi. Konsultasikan dengan dokter mengenai vaksinasi Dengue.
- Edukasi dan kesadaran masyarakat: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang DBD dan pentingnya pencegahan adalah langkah krusial dalam mengendalikan penyakit ini. (NAD/ADV/DISKOMINFO Kaltim)