SuaraKaltim.id - Lupakan sejenak kemacetan di darat. Bayangkan sebuah masa depan di mana Anda bisa melintasi kota dari atas.
Menggunakan drone penumpang raksasa yang terbang senyap dan tanpa pilot.
Mimpi yang tadinya hanya ada di film fiksi ilmiah ini selangkah lebih dekat menjadi kenyataan di Indonesia dengan kehadiran taksi terbang EHang 216-s.
Baru-baru ini, unit kendaraan udara otonom (AAV) ini sukses melakukan uji coba terbang dengan penumpang di kawasan PIK2, Tangerang.
Baca Juga:37 Persen Masih Terlayani, PPU Kebut Akses Air Bersih demi Kawasan IKN
Momen ini bukan sekadar pameran teknologi, melainkan sebuah sinyal kuat tentang arah baru transportasi dan pariwisata di tanah air.
Dengan dukungan dari berbagai tokoh publik dan pemerintah, EHang 216-s dibidik untuk dua tujuan besar. Menjadi ikon pariwisata premium dan tulang punggung mobilitas modern di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Salah satu pendukung utama inisiatif ini, Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, melihat potensi luar biasa EHang untuk mendongkrak sektor pariwisata.
Menurutnya, ini adalah cara inovatif agar pariwisata Indonesia bisa naik kelas.
“Mudah-mudahan EHang 216-s bisa beroperasi dan bisa meningkatkan pariwisata juga, karena ini salah satu cara pariwisata kita bisa bersaing, kalau helikopter mungkin lebih mahal, ini bisa untuk misal bulan madu pasangan di Bali menikmati pengalaman dengan EHang, atau bisa juga menjadi alat transportasi IKN, atau pun di mana dibutuhkan,” kata Raffi pada uji coba tersebut, pekan lalu.
Baca Juga:6,7 Hektare, PPU Bangun Sekolah Rakyat untuk Anak Miskin Sekitar IKN
![Taksi terbang EHang 216-s yang dipamerkan di kawasan PIK 2, Tangerang, Banten, Rabu (25/6/2025) [Suara.com/ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/30/42525-taksi-terbang-ehang.jpg)
Visi ini membuka berbagai kemungkinan menarik. Paket wisata romantis di atas tebing-tebing Uluwatu, perjalanan cepat antar resort di Mandalika, atau sekadar menikmati pemandangan kota dari ketinggian dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.
Bukan Cuma Kendaraan, Tapi Kanvas Belajar Teknologi
Meskipun EHang 216-s adalah produk impor dari China, Raffi Ahmad menekankan bahwa kehadirannya justru membawa dampak positif sebagai sarana pembelajaran bagi generasi muda Indonesia.
Ini adalah momentum untuk mengadaptasi dan berkolaborasi dengan teknologi canggih dari luar.
“Ini bagi saya untuk menyosialisasikan kepada generasi muda, banyak belajar dan terus belajar, meski EHang ini dari China, bukan buatan kita, tapi justru ini waktunya kita belajar supaya kita bisa mengadaptasi hal-hal yang baik dari luar negeri,” ujar Raffi.
“Beberapa waktu lalu saya mengunjungi salah satu pabrik mobil listrik besar di China, melihat bagaimana hebatnya perkembangan teknologi di sana, dan kita sebagai negara berkembang tidak boleh kalah, dengan cara apapun kita bisa berkolaborasi, itu salah satunya,” tambahnya.
Menjadi Kendaraan Masa Depan di IKN
Ambisi terbesar untuk EHang 216-s adalah menjadikannya sebagai moda transportasi modern di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Anggota DPR RI sekaligus Ketua Umum IMI, Bambang Soesatyo, mengungkap target ambisius pemerintah untuk mengoperasikan taksi terbang ini di IKN pada tahun 2028.
“EHang ini juga dimaksudkan sebagai moda transportasi modern untuk angkutan dari titik ke titik, poin ke poin di IKN,” kata Bamsoet.
“Target kita sebetulnya 2028 ini EHang sudah beroperasi di IKN sebagai moda transportasi modern karena IKN adalah kota yang dibangun untuk kota internasional.”
Penggunaan EHang sejalan dengan visi IKN sebagai kota pintar yang berkelanjutan.
Sebagai kendaraan bertenaga listrik, EHang 216-s bersifat ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi karbon, dan minim polusi suara, menjadikannya kandidat ideal untuk ekosistem hijau IKN.
Spesifikasi dan Biaya: Seberapa Canggih dan Mahal?
Melihat bentuknya yang futuristik seperti drone raksasa, mari kita bedah spesifikasi dan biayanya:
Teknologi: Autonomous Aerial Vehicle (AAV), terbang tanpa pilot menggunakan kecerdasan buatan (AI).
Kapasitas: Mampu mengangkut beban hingga 220 kg (setara 2 penumpang dewasa).
Performa: Kecepatan maksimal 130 km/jam, dengan jarak tempuh 35 km dan waktu terbang 21 menit dalam sekali pengisian daya.
Dimensi: Tinggi 1.77 meter dan lebar 5.61 meter.
Lalu, berapa biayanya? Rudy Salim, Executive Chairman Prestige Aviation yang membawa EHang ke Indonesia, mengungkap harganya mencapai Rp8,7 miliar per unit.
Namun, angka fantastis ini menjadi relatif terjangkau jika melihat biaya operasionalnya.
"Sekali isi daya, dia kan pakai baterai, kurang lebih Rp500 ribu, kalau pakai helikopter 30 menit mungkin Rp50 juta, kalau pakai EHang ini hanya Rp500 ribu. Jadi murah sekali dan ini memang menjadi transportasi mobilitas perkotaan," jelas Rudy.
Perbandingan biaya yang sangat signifikan ini menunjukkan bahwa EHang bukan hanya canggih, tetapi juga sangat efisien dan berpotensi menjadi solusi mobilitas udara perkotaan yang lebih terjangkau di masa depan.
Kehadiran EHang 216-s di Indonesia lebih dari sekadar pengenalan produk baru.
Ini adalah sebuah langkah awal menuju revolusi transportasi yang bisa mengatasi kemacetan, mendorong pariwisata berkelanjutan, dan menempatkan Indonesia, khususnya IKN, di peta teknologi dunia.