SuaraKaltim.id - Karst Sangkulirang Mangkalihat seluas 1,8 juta hektar yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur ini menjadi salah satu karts di Indonesia yang memiliki banyak nilai sejarah.
Selain dari sisi sejarah, rupanya terdapat sisi budaya yang tak kalah menarik dari cerita legenda Karst Sangkulirang Mangkalihat ini.
Lantas bagaimana cerita legenda yang sudah ada secara turun-temurun terkait asal muasal dari Karst Sangkulirang Mangkalihat ini? Berikut penjelasannya yang dikutip dari laman Kemendikbud.
Di hulu sungai Bengalon, hidup lima bersaudara. Bersaudara tersebut terdiri dari Ayus sebagai tertua dan memiliki kesaktian, Sentang, Songo, Setu, dan adik perempuan bernama Silu yang memiliki kesaktian dalam memasak.
Sehari-hari, saudara laki-laki mencari makanan di hutan dan berladang, sementara Silu tinggal di Pondok untuk memasak padi.
Mereka selalu memiliki cukup makanan meskipun hasil ladang tidak selalu banyak dan melimpah berkat kepandaian Silu dalam memasak.
Suatu sore, Silu meminta Ayus untuk menjaga kenceng nasi besar, tempatnya biasa memasak nasi, dan memperingatkan Ayus untuk tidak membukanya.
Namun, rasa penasaran Ayus setelah mendapat peringatan ini membuatnya membuka kenceng tersebut dan kaget karena hanya ada satu untai padi di dalamnya, yang setengahnya telah menjadi nasi.
Setelah Silu pulang, ia melihat bahwa nasinya hanya mengisi setengah kenceng, padahal biasanya satu untai padi akan mengisi penuh.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Austronesia pada Kepercayaan Kaharingan di Suku Dayak
Silu mengetahui bahwa Ayus telah membuka kenceng saat ia pergi ke sungai. Merasa sedih dan geram karena pantangannya dilanggar, Silu memutuskan untuk pergi ke laut.
Ayus berusaha menghalangi kepergian Silu dengan membangun bendungan di Sungai Sange dan kemudian di Sungai Jele, namun Silu tetap bersikeras pergi menghilir.
Ayus tidak menyerah dan akhirnya mencoba membendung Sungai Bengalon di daerah Gunung Batu Aji, yang kemudian menjadi lias Batu Putih.
Meskipun begitu, Silu tetap menghilir ke laut Mangkalihat dan tenggelam ke dasar laut. Silu kemudian bersemayam di laut Mangkalihat dan dipersunting oleh penguasa laut.
Meskipun begitu, Silu tidak melupakan saudara-saudaranya. Dua kali setahun, Silu muncul ke permukaan laut.
Jika ia melihat ke arah Bengalon di selatan laut Mangkalihat, padi di daerah tersebut akan menguning sebagai tanda siap dipanen.
Berita Terkait
-
Menelusuri Jejak Austronesia pada Kepercayaan Kaharingan di Suku Dayak
-
Menyingkap Asal Usul Nenek Moyang Suku Dayak, Benarkah dari China?
-
Kesamaan Suku Dayak dengan Suku Formosa di Taiwan, Simpan Tengkorak Musuh?
-
Gerakan Nasional Nontunai Berhasil: Transaksi Nontunai di Kaltim Tumbuh 13,03%
-
Kehidupan Suku Aborigin Formosa di Taiwan yang Mirip Suku Dayak di Kalimantan
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
3 Mobil Kecil Toyota Paling Populer, Dikenal Irit dan Bandel Dipakai Harian
-
5 Mobil Bekas 80 Jutaan Terbaik, Pilihan Rasional Anak Muda dan Keluarga Baru
-
5 Body Lotion Efektif untuk Kulit Kering, Ringan dan Nyaman Dipakai Harian
-
Bocoran Huawei Mate 80, Dikabarkan Punya RAM 20GB Jelang Peluncuran
-
Truk Sawit di Kaltim Wajib Pakai Plat KT untuk Tingkatkan Pendapatan Daerah