SuaraKaltim.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memproyeksikan pembuatan buku referensi sebagai penunjang belajar bagi siswa-siswi SD dan SMP tahun ini. Anggaran untuk proyek ini akan sepenuhnya ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagai langkah tegas untuk mengatasi polemik jual-beli buku yang sedang menjadi sorotan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin, menyatakan bahwa pihaknya sedang membahas intensif pengadaan buku referensi yang akan dibagikan kepada setiap siswa di tingkat SD dan SMP.
"Kami sedang melakukan rapat intens dengan pihak-pihak sekolah ataupun jajaran pendidikan, dan menyikapi opsi-opsi yang dipilih wali kota. Anggarannya nanti diusulkan di APBD perubahan," jelasnya, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu (14/08/2024).
Dalam pembuatan buku penunjang ini, Pemkot Samarinda juga melibatkan seluruh elemen pendidikan, termasuk guru-guru yang ahli dalam pembuatan bahan ajar.
"Soal buku penunjang, komponen lokal saya kira bisa masuk, karena yang ramai itu kan LKS (Lembar Kerja Siswa), sekarang namanya LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Dan tentu ini perlu waktu ya," ucapnya.
Untuk saat ini, Asli menganjurkan agar seluruh sekolah tetap menggunakan buku wajib sebagai bahan ajar dan tugas siswa. Buku wajib ini sudah dibiayai oleh Dana BOSNAS, sehingga dapat dimanfaatkan oleh siswa secara gratis.
"Prinsipnya gunakan buku wajib, termasuk penugasan yang diberikan kepada peserta didik," bebernya.
Mengacu pada surat edaran Nomor: 100.4.4/8583/100.01 yang diterbitkan oleh Disdikbud Samarinda tentang Penggunaan Buku dan Larangan Menjual Buku Pada Jenjang SD dan SMP di Kota Samarinda, dalam poin edaran tertulis jika Satuan Pendidikan tidak boleh memperjualbelikan buku secara langsung maupun tidak langsung, baik oleh kepala sekolah, guru, komite atau paguyuban.
Satuan Pendidikan juga dilarang mengadakan pungutan-pungutan untuk kegiatan perpisahan,kegiatan tour, dan kegiatan lainnya dan mewajibkan satuan pendidikan mengadakan perpisahan dilingkungan sekolah secara sederhana.
Baca Juga: Dana BOS di Samarinda Dicurigai Dipakai untuk Jual Beli Buku, Benarkah?
Satuan Pendidikan juga dilarang mengadakan pungutan-pungutan untuk kegiatan perpisahan, kegiatan tur, dan kegiatan lainnya, serta diharuskan menyelenggarakan perpisahan di lingkungan sekolah secara sederhana.
"Pembelian buku wajib akan ditanggung oleh BOSDA, sementara buku penunjang akan dibiayai oleh APBD Samarinda. Dengan kebijakan ini, tidak ada alasan bagi sekolah untuk meminta siswa membeli buku,” tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
CEK FAKTA: Panglima NATO Akan Buat Kerusuhan di Indonesia
-
CEK FAKTA: Ojol Demo Menolak Kenaikan Pertalite
-
CEK FAKTA: Klaim Israel Ngambek Keluar Sidang PBB Soal Palestina
-
Kaltim Genjot Potensi Ekonomi Sungai Mahakam Sambil Tunggu Restu Pusat
-
Kebakaran Guncang Hunian Pekerja Proyek IKN, Penyebab Masih Misteri