Pantang Dicontoh: Lockdown, Angka Kecelakaan Lalu Lintas Meningkat

Karena petugas patroli bertugas tidak sebanyak masa normal, beberapa pengemudi malah menganggap saat lockdown tepat buat ngebut!

RR Ukirsari Manggalani | Manuel Jeghesta Nainggolan
Selasa, 19 Januari 2021 | 22:56 WIB
Pantang Dicontoh: Lockdown, Angka Kecelakaan Lalu Lintas Meningkat
Ilustrasi tabrakan mobil. (Shutterstock)

SuaraKaltim.id - Kejadian seperti ini pantang dicontoh. Berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain, serta tentunya melanggar protokol kesehatan soal lockdown yang mensyaratkan sebaiknya berada di rumah bila tidak ada hal mendesak untuk berlama-lama di luar tempat tinggal sendiri--karena dikhawatirkan di sekitar banyak orang sehingga rawan penularan.

Baru-baru ini Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika Serikat atau National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) belum lama ini merilis data kecelakaan yang terjadi selama masa lockdown pada 2020.

Dari rilis data terlihat telah terjadi peningkatan terhadap jumlah korban tewas akibat kecelakaan. Kondisi jalan lengang rupanya justru dimanfaatkan untuk kebut-kebutan

Selain itu, minimnya petugas patroli jalan raya justru membuat banyak pengemudi berkendara dalam keadaan mabuk.

Baca Juga:Jual Beli Mobil Bekas Bakal Ramai di Kuartal Kedua 2021

Tercatat 28.190 korban meninggal pada Januari-September 2020, atau naik dari 26.941 orang di periode sama pada 2019.

Mengemudi di bawah pengaruh minuman keras [Shutterstock]
Mengemudi di bawah pengaruh minuman keras [Shutterstock]

Artinya dalam sembilan bulan pertama 2020, jumlah tewas meningkat 4,6 persen. Namun diperkirakan angka akan terus bertambah hingga akhir 2020 yang datanya baru akan diterbitkan sekitar Maret-April 2021.

"Data awal menunjukkan selama keadaan darurat kesehatan nasional, lebih sedikit orang Amerika mengemudi tetapi banyak dari mereka mengambil risiko yang menyebabkan kecelakaan fatal," tulis NHTSA dalam pernyataan resmi.

Data lain dari NHTSA menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecepatan kendaraan sebesar 22 persen di beberapa wilayah metropolitan dibandingkan jumlah sebelum pandemi.

Sedangkan sebuah penelitian mengungkap ada 65 persen pengemudi yang dirawat karena cedera akibat kecelakaan parah, ternyata berada dalam kondisi mabuk. Ditambah lagi terjadi penurunan kedisiplinan untuk menggunakan sabuk pengaman.

Baca Juga:Dear Mitsubishi Pajero Sport, Habis Thailand, Sambung Indonesia Nggak?

Langkah yang dilakukan NTHSA adalah memberikan imbauan dasar dan sederhana kepada masyarakat untuk tidak mengemudi saat di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol. Mengunakan sabuk pengaman dan mengurangi kecepatan agar tetap aman serta pastikan anak-anak duduk di jok sesuai ukuran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini