SuaraKaltim.id - Mahalnya harga kedelai di pasaran membuat pengusaha pabrik tahu dan tempe di Bontang menjerit. Hal itu membuat para pengusaha pabrik tersebut sering mengeluh, sembari berpeluh.
Mudawam misalnya, ia merupakan seorang pengusaha pabrik tahu dan tempe di Jalan Ahmad Yani, Gang Rawa Indah, Kelurahan Api-api, Bontang Utara.
Ia mengatakan, harga kedelai mulai naik di Oktober 2021 lalu. Trennya berlanjut hingga Januari 2022 ini. Bahkan katanya kenaikan harga terjadi tiap bulan.
"Naik terus, (tiap) satu bulan (harga) selalu naik. Per dua minggu saya ambil," ungkapnya saat dijumpai di lokasi pabrik tahu dan tempe miliknya, melansir dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Kamis (13/1/2022) pagi.
Baca Juga:Geger, Ular Piton 4 Meter Ditangkap dari Kandang Ayam Warga Bontang Lestari
Dawam, panggilan pendeknya, mengatakan, dirinya membutuhkan 150 karung kedelai tiap dua pekan. Bahan baku itu, ia beli seharga Rp 77 juta, di Oktober tahun lalu. Kini harga per 150 karung sudah berada di nilai Rp 84 juta.
Sementara harga kedelai per kilonya mencapai Rp 11,2 ribu. Yang mana di Oktober 2021 lalu masih berada di harga Rp 10,3 ribu per kilogramnya.
"Naiknya drastis sekali loh," keluhnya.
Lebih lanjut, untuk harga tahu dan tempe eceran yang ia jual, justru tidak mengalami kenaikan sama sekali. Alias harganya tetap. Pasalnya, apabila menaikan harga, ditakutkan daya beli masyarakat menurun.
Seperti satu bungkus tahu, ia tetap jual dengan harga Rp 5 ribu. Untuk tempe kecil Rp 2,5 ribu. Kemudian, tempe ukuran panjang Rp 6 ribu, dan ukuran paling besar seharga Rp 9 ribu. Sementara, untuk per kalengnya tahu dan tempe ia jual seharga Rp 100 ribu.
Baca Juga:Tak Tanggapi Ucapan Pengamat Soal ASN Positif Narkoba, Basri: Tak Bisa Dipecat, Harus Ikut Aturan
"Mau dikata satu kaleng untungnya Rp 20 ribu hasilnya kita terima saja, kalau mau naikkan rasanya pelanggan juga berat," tandasnya.