SuaraKaltim.id - Ketua DPRD Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam merasa miris melihat sepasang suami istri yang lumpuh di Kelurahan Kanaan. Apalagi mereka luput dari perhatian pemerintah.
Pasutri itu tergolong masyarakat yang kurang mampu dan butuh penanganan yang cepat. Utamanya, mencarikan solusi tempat tinggal yang layak.
Ia pun menyayangkan ketidakpekaan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-PM) yang luput dengan kondisi warganya.
"Pemerintah harusnya bisa hadir memberikan pelayanan yang baik kepada warganya ini amanah Undang-Undang," katanya, melansir dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Minggu (16/10/2022).
Baca Juga:Pasutri di Buleleng Tewas Tertabrak Truk BBM Dengan Kondisi Mengenaskan
Lebih lanjut, selain tempat tinggal, pasutri itu juga harus ada pemberian pasokan makanan bergizi setiap hari. Apalagi, keluarga itu saat ini hanya bertumpu pada kedua anaknya yang kondisinya tidak sedang bekerja.
Padahal, Ketua RT setempat sudah pernah mengusulkan. Namun ternyata, tidak mendapat bantuan program rantang kasih.
Menurutnya, banyak solusi yang bisa dilakukan. Misalnya, memberi tempat tinggal di Rusunawa atau menampung warga tersebut di rumah singgah.
Kemudian, instansi terkait juga dapat dimudahkan untuk memantau kondisi terkini warganya yang mengalami lumpuh.
"Saya kira banyak solusi yang didapatkan. Jadi, Pemkot Bontang harus peka juga terhadap masyarakatnya," terangnya.
Pasutri di Bontang Barat Ini Lumpuh dan Miskin, Sehari-hari Dirawat dengan Keterbatasan
Diberitakan sebelumnya, di dalam rumah petak berukuran sederhana, di pangkal gang sempit di Kelurahan Kanaan, 2 pasangan suami istri (Pasutri) terbaring lemah.
Suaminya bernama Jemy Elfies Takumangsa. Usianya 62 tahun. Sedangkan istrinya bernama Indrawati yang 5 tahun lebih muda. Keduanya menghabiskan hari-hari di atas matras tua yang sudah tipis.
Di rumah petak milik warga di Gang Sion 3, RT 05, Kelurahan Kanaan, Bontang Barat mereka di rawat oleh kedua buah hatinya, Eka Putra dan Jein Maharani.
Penuturan Eka, ibunya mulai lemah hingga lumpuh sejak 2008 lalu. Penyakit stroke merenggut sendi-sendinya untuk bergerak.
Musibah kembali menimpa mereka, giliran ayahnya, tulang punggung keluarga ikut terserang penyakit serupa medio 2021 lalu.
"Bapak jatuh pas bawa motor, dari situ langsung lumpuh sampai sekarang," ungkap putra sulungnya.
Ayahnya divonis dokter komplikasi jantung dan sakit paru. Pria dengan keahlian menyelam itu kini terbujur lemah di kasur.
Pengobatan sepenuhnya ditanggung BPJS Kesehatan. Seharusnya, setiap dua pekan ayahnya kontrol di rumah sakit. Tapi, tak ada kendaraan layak untuk membopong Jemy ke sana.
Pernah satu waktu, Eka menyewa mobil demi kontrol ayahnya. Biaya Rp 200 ribu terlalu mencekik, makanya kontrol kesehatan tak lagi disanggupi. "Sering ditanya dokter, kok bapak tidak dibawa. Saya bilang tidak ada kendaraan dok," tutur Eka.
Di rumah ini, keluarga Jemy menumpang. Sejak sakit menahun, pemilik rumah tak menarik iuran sewa.
Kendati begitu, untuk kebutuhan listrik dan gas mengandalkan tabungan ayahnya kini sudah habis. Kendaraanya pun sudah dilego demi memenuhi kebutuhan hidup.
Bantuan kadang datang dari tetangga bahkan Eka harus meminjam uang ke temannya untuk hari-hari.