Kekalahan berada di pihak Kerajaan yang berada di pedalaman ini dan wilayahnya dimasukkan dalam kerajaan yang berpusat di muara Mahakam itu.
Akhirnya kekalahan itu membuat Rajanya menambah gelar dengan menamakan dirinya Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura.
Demikian pula raja-raja selanjutnya menambah gelar "ing Martapura" di belakang namanya.
Alhasil, drs. Anwar Soetoen dalam tulisan berjudul "Sejarah Singkat Pertumbuhan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kutai" tidak memakai istilah Martapura akan tetapi Marta di Pura.
Baca Juga:BMKG: Jumlah Titik Panas Kaltim Turun Jadi 28
Ada kemungkinan hal itu untuk menjelaskan bahwa istilah itu terjadi dari 2 kata. Mengenai kata Ing berasal dari bahasa Kawi yang berarti "di" atau "dalam".
Setelahnya pengaruh Islam masuk ke dalam tata pemerintahan Kerajaan Kutai secara mendalam maka nama Raja berubah sama sekali, demikian juga gelarnya.
Sejak itu "ing Martapura" tidak dipakai dan yang dipakai ialah gelar al Khalifatul Mu'minin.
Kesimpulannya, kerajaan yang berdiri sejak abad V di pedalaman Mahakam bernama MARTAPURA.
Sementara kerajaan yang berkedudukan di muara sungai Mahakam sejak abad XIV bernama KUTAI KERTANEGARA.
Baca Juga:49 Titik Panas Baru di Kaltim, Masyarakat Diminta Waspada Karhutla
Kemudian sesudah Kerajaan yang berpusat di pedalaman itu ditaklukkan dan disatukan dengan kerajaan pantai pesisir itu, maka dinamakan KERAJAAN KUTAI KERTANEGARA ING MARTAPURA dalam abad XVII atau 17.