Hari ketujuh disebut hari "Kile Kelalungan". Pada upacara ini penyentangih atau penjembatan komunikasi antara roh yang sudah mati dengan yang masih hidup mengundang turun.
Roh-roh yang berada pada tengkorak dan roh-roh ini tinggal di "Teliatn Tangkir Langit" yaitu nama tempat roh menurut kepercayaan mereka.
Lalu di hari kedelapan adalah hari Enoq Pedaraq. Upacara ini adalah upacara penjemputan roh-roh orang mati atau roh badare yang berada di Gunung Lumut.
Penjemputan ini bertujuan agar para pedaraq menghadiri upacara. Hari kesembilan adalah hari "Watu" yaitu hari upacara penombakan kerbau yang telah diikat pada belontang.
Baca Juga:Pembangunan IKN Bawa Manfaat bagi Masyarakat Adat Dayak, Kata MADN
Upacara ini dilaksanakan apabila pihak keluarga memotong kerbau, tetapi bila tidak memotong kerbau maka hari ini adalah hari terakhir dari upacara.
Di malam harinya, para penyentangih memberi makan roh-roh orang mati dan kemudian mengantar mereka ke Gunung Lumut dengan membawa perbekalan yang antara lain adalah kerbau, babi, ayam, beras dan lain-lain.
Demikian pula para Kelalungan diantar kembali ke Teliatn Tangkir Langit. Kemudian acara terakhir pada malam hari kesembilan ialah Negat Banukung yaitu upacara yang bertujuan agar roh yang mati agar ke Gunung Lumut dan tidak mengganggu orang yang masih hidup di dunia.
Hari ke sepuluh adalah hari kematian pemakaman. Untuk melaksanakan pemakaman ini banyak caranya antara lain Lungun dimasukkan Rinaq, Garai atau Selokng.
Setelah upacara pemakaman selesai, maka diadakan upacara Buku Barata yang bertujuan untuk ngodkng merakngnan manas layak nan lihakng yang artinya menghilangkan segala pengaruh buruk agar jangan menimpa keluarga.
Baca Juga:Beredar Video Masyarakat Adat Dayak Protes Dipaksa Bongkar Rumah untuk IKN: Ini Tanah Saya!
Kontributor: Maliana