Mpawat dan Mpolo, Tradisi Gotong Royong Suku Paser di Era Kerajaan dan Masa Kini

Dalam melakukan kegiatan bersama, biasanya mereka mengadakan gotong royong untuk mengerjakan perintah raja.

Denada S Putri
Selasa, 02 April 2024 | 04:00 WIB
Mpawat dan Mpolo, Tradisi Gotong Royong Suku Paser di Era Kerajaan dan Masa Kini
Ilustrasi pelestarian adat seni budaya dan kearifan lokal Paser. [Ist]

SuaraKaltim.id - Suku Paser kini mendiami beberapa kabupaten dan kota di Kalimantan Timur (Kaltim) di antaranya Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan.

Di zaman dahulu, mereka hidup di suatu desa tertentu yang secara administratif dipimpin oleh seorang Kepala Desa, dan secara informil di bawah pimpinan Kepala Adat.

Dalam melakukan kegiatan bersama, biasanya mereka mengadakan gotong royong untuk mengerjakan perintah raja.

Berikut penjelasan ragam gotong royong yang dikerjakan suku Paser di masa Kerajaan yang dikutip dari buku Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat Desa Kaltim:

Baca Juga:Jadwal Buka Puasa untuk Balikpapan, Samarinda dan Bontang 1 April 2024

Bidang Pembangunan

Gotong royong atau kerja bakti juga suda ada di zaman Kerapaan Paser dahulu. Kala itu, gotorng royong ini disebut "mpolo Kerajaan".

Mpolo sendiri berasal dari kata olo yang artinya hari. Maka pengertian mpolo adalah gotong-royong tolong-menolong dalam pekerjaan bersama.

Gotong-royong ini meliputi kegiatan seperti pembuatan jalan, perbaikan jalan dan jembatan, membuat rumah ibadah dan bersih desa yang hasilnya dapat dinikmati bersama.

Setiap warga desa yang laki-laki baik tua maupun muda, ikut serta dalam kegiatan mpolo Kerajaan ini.

Baca Juga:Jadwal Imsak untuk Balikpapan, Samarinda dan Bontang 1 April 2024

Di zaman dahulu mpolo Kerajaan ini dipimpin oleh penggawa-penggawa desa, yang sekarang disebut seperti Kepala Kampung ataupun Camat setempat.

Dahulu suku Paser taat dan patuh terhadap raja, sehingga setiap perintah raja akan mereka laksanakan dengan sebaik-baiknya dan ikhlas. Sekarang sifat gotong royong kerja bakti ini suka rela, jadi tidak ada sangsinya.

Di zaman dahulu kegiatan mpolo Kerajaan seperti membuat rumah ibadah, balai desa, pembuatan jalan baru, pembukaan hutan untuk perkampungan dan lain sebagainya dilaksanakan bila ada perintah raja.

Zaman Kerajaan Paser dahulu, kegiatan gotong-royong ini tidak terdapat hambatan karena setiap anggota masyarakat turut kerja bakti dan kesadaran hidup bermasyarakat mereka tinggi.

Mereka menyadari bahwa setiap anggota masyarakat adalah abdi masyarakat yang berkewajiban dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Bidang Keagamaaan

Sebelum pengaruh Islam masuk ke Kerajaan Paser dan menjadi Kesultanan Paser, awalnya masyarakat memiliki kepercayaan kepada roh-roh atau animisme.

Selain itu, masyarakat juga percaya kepada kekuatan gaib yang ada pada pohon-pohon, batu-batu, dan di gunung-gunung atau dinamisme.

Kemudian setelah pengaruh Islam masuk di daerah ini mereka memeluk agama Islam dan agama Islam makin berkembang terus hingga sekarang.

Namun meski mereka telah beragama Islam, untuk hal-hal tertentu mereka masih menjalankan atau melaksanakan upacara adat seperti Belian yang ada kaitannya dengan roh-roh atau kekuatan-kekuatan gaib di sekelilingnya.

Upacara belian ini dikerjakan bila mengobati orang sakit, mengusir roh-roh jahat, mengusir wabah penyakit dan lain sebagainya. Hal semacam ini masih banyak ditemui di daerah Kalimantan Timur, terutama di daerah pedalaman.

Kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan keagamaan ini biasanya mereka lakukan secara gotong-rotong tanpa pamrih, karena kegiatan ini adalah untuk kepentingan bersama atau bermasyarakat.

Tolong-menolong dalam hal ini disebut "mpawat" dan kegiatannya antara lain mengumpulkan dana untuk membangun rumah-rumah ibadah, memperbaiki dan membersihkan rumah-rumah ibadah, mengadakan upacara belian dan lain sebagainya.

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini