Dinasti Politik Golkar Kaltim Dipertanyakan, Kader Senior Terancam Tersingkir?

Abdulloh diduga tak akan dipilih menjadi Ketua DPRD Kaltim, yang kata Romanus adalah dampak langsung dari dinamika politik dinasti tersebut.

Denada S Putri
Minggu, 20 Oktober 2024 | 16:10 WIB
Dinasti Politik Golkar Kaltim Dipertanyakan, Kader Senior Terancam Tersingkir?
Ilustrasi dinasti politik, Golkar Kaltim. [Ist]

SuaraKaltim.id - Isu dinasti politik yang terus berhembus kala masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin menguat. Mantan Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Balikpapan, Romanus, mengutarakan rasa kekecewaannya.

Menurut Romanus, kekuatan politik dinasti ini telah menutup peluang bagi kader-kader muda yang memiliki potensi. Khususnya, untuk memajukan dan membawa perubahan bagi partai dengan gambar pohon beringin tersebut.

Baginya, salah satu indikasi ketidakadilan ini terlihat dari posisi Abdulloh, seorang kader senior Partai Golkar yang pengalamannya sudah lebih dari 20 tahun. Dikutip dari Arusbawah.co, perolehan suara Abdulloh mencapai yang terbanyak dalam pemilihan di Februari kemarin.

Meski begitu, Abdulloh diduga tak akan dipilih menjadi Ketua DPRD Kaltim, yang kata Romanus adalah dampak langsung dari dinamika politik dinasti tersebut.

Baca Juga:Difteri di Kaltim, Diskes Perkuat Kerja Sama Lintas Sektor untuk Pencegahan Efektif

“Abdulloh telah memberikan segalanya untuk partai selama lebih dari dua dekade. Namun, dia terancam tidak mendapat posisi yang pantas hanya karena dominasi dinasti politik yang ada,” ujar Romanus, dikutip Minggu (20/10/2024).

Romanus juga menyatakan, kekuatan dinasti politik ini tak hanya terlihat di dalam struktur partai, tetapi sudah mulai merambah ke pemerintahan. Di mana, mereka semakin menguasai struktur pemerintahan yang ada.

Ia melihat, hal ini merupakan ancaman serius bagi demokrasi di Kaltim. Ia juga menyinggung jargon salah satu pasangan calon (Paslon) di pemilihan gubernur (Pilgub) Benua Etam.

“Jargon ‘Generasi Emas’ yang sering diusung partai sepertinya hanya diperuntukkan bagi generasi dalam dinasti politik mereka sendiri. Ini bukanlah cerminan demokrasi yang sehat,” tambahnya.

Dengan situasi ini, Romanus mengaku kecewa dan khawatir bahwa Golkar Kaltim akan kehilangan kesempatan untuk berkembang lebih baik jika kader-kader muda yang berbakat tidak diberi kesempatan untuk maju.

Baca Juga:Investasi Kaltim Meningkat Pesat, Tembus Rp 55,82 Triliun di Triwulan III 2024

Ia berharap ada perubahan yang bisa membuka ruang bagi semua kader, tanpa terkecuali. Romanus sendiri telah lama aktif dalam struktur Golkar, namun melihat semakin kuatnya cengkraman dinasti politik, ia merasa perlu bersuara untuk membela prinsip demokrasi dan keadilan dalam partai.

Untuk diketahui, kader Golkar yang merupakan eks Ketua DPRD Balikpapan, Abdulloh merupakan caleg dengan suara terbanyak di Pileg 2024.

Dalam Pileg itu, Abdulloh mengumpulkan 48.180 suara, lebih banyak dibandingkan Hasanuddin Mas’ud, rekan satu partainya dengan 42.885 suara.

Sosok Abdulloh pun sempat digadang-gadang akan menjadi Ketua DPRD Kaltim melihat dari perolehan suaranya itu. Namun, nama dirinya justru tak dipilih berdasarkan hasil keputusan DPP Golkar.

Kemudian, dalam penentuan ketua dewan, DPD Golkar Kaltim, dikabarkan membawa 3 nama yang diajukan ke DPP.

“Selain Hamas kemarin, kami memang rekomendasikan dua nama lainnya. Tapi penentuan akhir baik untuk kabupaten, kota dan provinsi itu tetap di pusat,” kata Ketua DPD Golkar Kaltim, Rudy Mas’us saat proses pelantikan kemarin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini