Ia menyayangkan adanya klaim sepihak yang menyatakan BBM tidak bermasalah, padahal sejumlah masyarakat mengalami gejala brebet pada kendaraannya.
“Andai kata memang ini tidak bermasalah, kenapa ada motor, ada mobil juga yang mengalami hal yang sama? Berarti ada persoalan yang tidak bisa terungkap. Ini bukan menyangkut masalah persoalan campuran air dan sebagainya,” tegasnya.
Sabaruddin menambahkan, untuk mengurai persoalan secara terbuka dan menyeluruh, DPRD menghadirkan berbagai pihak, termasuk Pertamina, instansi terkait, dan perwakilan masyarakat.
“Kita hadirkan bersama-sama di sini sebagai transparansi dan terbuka kita mencari solusi yang terbaik untuk warga Kalimantan Timur,” katanya.
Baca Juga:Saat Motor Brebet Jadi Isu Publik, Pemerintah Dinilai Gagal Jaga Komunikasi Krisis
Perwakilan komunitas driver ojek daring Bubuhan Driver Go-Jek Samarinda (BUDGOS), Ivan Jaya, menyampaikan keluhan sebagai pengguna aktif BBM.
Ia merasa menjadi salah satu korban dari persoalan ini karena pekerjaannya bergantung pada kendaraan bermotor.
“Kami konsumen aktif, pengguna aktif. Sehari pasti isi BBM full, bahkan bisa berkali-kali sesuai penggunaannya,” ungkap Ivan.
Dalam forum itu, Ivan menunjukkan dua botol plastik berisi bensin berwarna cokelat kehitaman.
“Saya tidak perlu menjadi orang pintar, saya juga tidak ada keahlian, untuk mengetes ini oplosan atau tidak. Warnanya itu sudah cukup memperlihatkan ke kita lah,” katanya sambil mengangkat dua botol tersebut.
Baca Juga:BBM Diprotes Warga, Rudy Masud Ngintip Isi Tangki SPBU
Sebagai driver selama delapan tahun, ia meyakini bahwa warna BBM yang biasa ia gunakan tidak pernah seperti itu.
Ia juga mempertanyakan tindak lanjut dari berbagai hasil uji laboratorium yang sudah dilakukan, sebab temuan di lapangan tidak sesuai dengan kondisi nyata yang dialami oleh ratusan rekannya.
“Artinya jangan sampai hasil uji lab ini malah menjadikan kita ini malah makin simpang siur. Nanti, Pertamina ngomongnya hasil labnya clean and clear misalkan, tapi rakyat masih merasakan brebet,” tegas Ivan.
Ia menuntut adanya bentuk tanggung jawab yang nyata dari pihak-pihak terkait, termasuk kompensasi terhadap konsumen yang dirugikan.
Bahkan, komunitasnya sampai harus patungan memperbaiki motor seorang ibu agar ia bisa kembali bekerja.
“Selama ini kan sibuk di media nih semuanya bikin-bikin klarifikasi. Yang kami mau sebenarnya apa bentuk tanggung jawabnya?,” tuturnya.