SuaraKaltim.id - Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 H, Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) memperkuat pengawasan terhadap distribusi dan kesehatan hewan kurban.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan pasokan hewan yang masuk ke pasar memenuhi standar kesehatan, serta bebas dari ancaman penyakit menular seperti PMK dan Lumpy Skin Disease (LSD).
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Peternakan DKP3 Kota Balikpapan Muhammad Bisri, Senin, 19 Mei 2025.
“Peternak aktif melaporkan ke kami, jika ada gejala langsung kami tindak lanjuti. Vaksinasi juga sudah dilakukan pada Januari dan Februari lalu,” ujar Bisri.
Baca Juga:Putusnya Jalur Vital SamarindaBalikpapan, Warga Minta Solusi Cepat
Vaksinasi terhadap lebih dari 1.200 ternak telah dilakukan sejak awal tahun.
Hal ini dinilai strategis, mengingat kekebalan tubuh hewan terhadap penyakit mulai terbentuk sebulan setelah penyuntikan.
“Pelaksanaan vaksinasi pada Januari dan Februari menjadi langkah yang tepat menjelang Idul Adha,” katanya.
Upaya ini juga dibarengi dengan peningkatan pengawasan lalu lintas hewan kurban dari luar daerah, khususnya dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Setiap pengiriman harus disertai dokumen lengkap seperti surat keterangan kesehatan hewan dan bukti vaksinasi PMK serta LSD.
Baca Juga:Diperiksa 4 Dokter, Jemaah Haji Kloter 1 Balikpapan Lalui Tahap Kesehatan dan Administrasi
“Kewaspadaan dan pengawasan ketat tetap kami lakukan mengingat lalu lintas hewan untuk kurban cukup tinggi menjelang Idul Adha,” kata Bisri.
Selain menggandeng Balai Karantina sebagai penyaring awal, DKP3 juga menerjunkan petugas ke lapangan untuk inspeksi langsung sebelum hewan dipasarkan.
Jalur komunikasi pun dibuka lebar dengan para peternak dan penjual.
“Petugas akan terus melakukan pemantauan, inspeksi lapangan, dan pengecekan dokumen hingga hari pelaksanaan kurban,” kata dia menegaskan.
Tak hanya itu, Bisri mengimbau masyarakat agar lebih selektif dalam membeli hewan kurban, yakni dengan memilih dari lapak resmi yang telah mendapatkan izin dan sertifikasi dari dinas terkait.
Hal ini penting untuk menjamin hewan dalam kondisi sehat dan layak untuk disembelih.
Ia juga menjelaskan perbedaan dua penyakit yang kini menjadi fokus pengawasan.
PMK atau Penyakit Mulut dan Kuku adalah infeksi akut pada hewan berkuku genap seperti sapi dan kambing, dengan gejala demam, air liur berlebih, serta luka pada mulut dan kaki.
Sementara itu, LSD menyerang sapi dengan tanda khas berupa benjolan di kulit, disertai demam dan pembengkakan kelenjar.
“Penyakit ini ditularkan melalui vektor serangga seperti lalat penghisap darah dan nyamuk. LSD beda dengan PMK. Di Jawa masih ada laporan, sehingga ini yang diperketat karena bisa terbawa lewat pengiriman hewan,” jelas Bisri.
Melalui rangkaian langkah ini, Pemerintah Kota Balikpapan berupaya menjaga ketahanan pangan sekaligus memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam menyambut Idul Adha, terutama dalam ibadah kurban.
Warga Resah Pertamax Kosong, Pemkot Balikpapan Cari Jawaban ke Pertamina
Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan merespons kelangkaan BBM jenis Pertamax dan Pertamax Turbo yang terjadi di sejumlah SPBU sejak Minggu, 18 Mei 2025, dengan langkah kehati-hatian dan koordinasi lintas instansi.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menyampaikan bahwa pihaknya telah menginstruksikan Asisten II untuk menelusuri penyebab kekosongan pasokan.
“Kami sudah meminta Asisten II untuk menelusuri penyebab kekosongan Pertamax di SPBU," kata Bagus, disadur dari ANTARA, Senin, 19 Mei 2025.
Pemkot juga telah berkomunikasi dengan PT Pertamina Patra Niaga melalui bagian ekonomi daerah guna memperoleh informasi resmi seputar distribusi bahan bakar nonsubsidi tersebut.
Meski demikian, Bagus menegaskan bahwa Pemkot belum dapat menyampaikan pernyataan resmi terkait penyebab pasti terjadinya kelangkaan.
“Kami tidak ingin berspekulasi atau menyampaikan informasi yang keliru. Kami akan menunggu penjelasan resmi dari pihak Pertamina mengenai kendala distribusi Pertamax di Balikpapan,” ujarnya.
Menurutnya, koordinasi lintas sektor terus dijalankan demi mempercepat penanganan, sembari tetap menjaga akurasi dan keterbukaan informasi kepada masyarakat.
“Kami ingin memastikan setiap informasi yang diberikan kepada masyarakat bersifat akurat dan tidak menimbulkan kebingungan. Kami tidak ingin masyarakat merasa cemas atau bingung dengan situasi ini,” katanya.
Dalam situasi ini, masyarakat diimbau untuk tidak panik dan menunggu klarifikasi dari pihak terkait.
Bagus juga menekankan pentingnya komunikasi publik yang tepat agar situasi tidak semakin runyam akibat informasi simpang siur.
Keluhan dari warga pun terus bermunculan.
Syahrul Ramadhan, salah satu pengguna setia Pertamax, mengaku kesulitan mendapatkan BBM tersebut meski telah mendatangi beberapa SPBU.
“Saya sudah mencoba beberapa SPBU, tapi tidak ada Pertamax,” katanya ketika sedang mengantri di SPBU MT Haryono.
Antrean kendaraan di lokasi tersebut bahkan mengular hingga mencapai satu kilometer, melintasi jembatan milik perusahaan air minum.
Sementara itu, sejumlah personel polisi tampak mengatur lalu lintas, dan SPBU mengumumkan bahwa mereka tutup sementara karena pembongkaran BBM.
“Informasi lain yang tertera pada dua lembar kertas adalah Pertamax dan Pertamax turbo sedang menunggu pengiriman,” ungkap Syahrul.
Sejauh ini, penyebab kekosongan belum dijelaskan secara gamblang oleh pihak Pertamina, namun pemerintah daerah memastikan terus menjalin komunikasi untuk mendorong kejelasan pasokan dan menjaga stabilitas layanan publik.