- SMA 13 Samarinda Jadi Sorotan, Satgas Akui Ada Celah dalam Pengawasan MBG
- Lahan 5.298 Meter Persegi Jadi Sengketa, Masa Depan RSHD Samarinda Tak Jelas
- Makanan Gratis Jadi Basi, DPRD Kaltim Desak Perbaikan Sistem MBG
SuaraKaltim.id - Kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Tepian masih menjadi perhatian serius. Catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda menunjukkan, pada 2024 terdapat 4.042 penderita dari 16.689 warga yang diperiksa, dengan 145 di antaranya meninggal dunia.
Tren kasus baru tetap berlanjut, terbukti dari Januari hingga Agustus 2025 ditemukan 1.645 pasien baru.
Hingga September, sebanyak 44 warga tercatat meninggal akibat penyakit menular tersebut.
Kepala Dinkes Samarinda, Ismid Kusasih, menegaskan TBC kini menjadi prioritas nasional seiring program Asta Cita Presiden Prabowo yang menghadirkan layanan kesehatan gratis dan mempercepat penanganan penyakit menular.
Baca Juga:Makanan Gratis Jadi Basi, DPRD Kaltim Desak Perbaikan Sistem MBG
Hal itu ia sampaikan saat berada di Samarinda, Rabu, 17 September 2025.
“Secara nasional, penemuan kasus TBC masih rendah, rata-rata di bawah 70 persen. Alhamdulillah, di Samarinda penemuan kasus kita sudah di atas 70 persen karena screening dilakukan lebih cepat dan masif,” jelas Ismid, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Minggu, 21 September 2025.
Ia menekankan pentingnya Active Case Finding (ACF) atau pencarian kasus aktif sebagai kunci pengendalian TBC.
Menurutnya, deteksi dini memastikan pasien segera mendapat pengobatan sehingga tidak menularkan lebih luas.
“Kuncinya ada di screening. Semakin cepat kasus ditemukan, semakin cepat pula diobati, sehingga bisa mencegah penularan yang lebih luas maupun kematian,” tambahnya.
Baca Juga:Pemkot Samarinda Mediasi Tunggakan RSHD, Nilai Utang Capai Rp 30 Miliar
Selain fokus medis, faktor lingkungan, daya tahan tubuh, hingga kebiasaan menjaga kebersihan juga berperan besar.
Karena itu, edukasi pola hidup bersih dan sehat terus digencarkan.
Dinkes Samarinda pun memberi perhatian khusus pada pasien dengan komorbid HIV yang rentan terserang TBC.
Layanan pengobatan HIV kini tersedia di seluruh 26 puskesmas dengan sistem kerahasiaan terjamin.
“Pasien HIV sangat berisiko terkena TBC. Karena itu, kami pastikan mereka mendapat pengobatan teratur. Bahkan di puskesmas tersedia jam khusus untuk pelayanan HIV, agar pasien lebih nyaman dan tidak khawatir soal kerahasiaan,” terang Ismid.
Dengan kasus yang masih tinggi, Ismid menekankan pentingnya kerja sama semua pihak.
"Upaya bersama ini penting agar target nasional eliminasi TBC bisa tercapai lebih cepat,” pungkasnya.