Proyek Terowongan Samarinda Dikeluhkan Warga: Kami Tidak Bisa Tidur Nyenyak

Mereka meminta pemerintah kota serta kontraktor turun langsung memeriksa kondisi tanah dan memperbaiki bangunan yang terdampak.

Denada S Putri
Kamis, 16 Oktober 2025 | 19:14 WIB
Proyek Terowongan Samarinda Dikeluhkan Warga: Kami Tidak Bisa Tidur Nyenyak
Puluhan warga gelar aksi protes di depan Megah Proyek Trowongan Samarinda. [kaltimetam.id]
Baca 10 detik
  • Warga sekitar proyek terowongan Jalan Kakap di Samarinda mengeluhkan getaran keras dari alat berat, terutama pada malam hari, yang menyebabkan rumah retak dan lantai bergelombang.

  • Warga menilai kontraktor kurang memperhatikan keselamatan lingkungan dan tidak berkoordinasi dengan masyarakat, bahkan ada laporan pekerja bersikap tidak sopan saat diminta menghentikan aktivitas.

  • Masyarakat menuntut jaminan keselamatan dan kompensasi atas kerusakan rumah, serta meminta pemerintah kota turun tangan memeriksa kondisi tanah dan memastikan proyek berjalan dengan lebih manusiawi.

SuaraKaltim.id - Aktivitas pembangunan terowongan di Jalan Kakap, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, kini menjadi sumber keresahan warga sekitar.

Proyek yang digadang-gadang sebagai solusi kemacetan itu justru memunculkan keluhan akibat getaran keras dari alat berat yang bekerja, terutama pada malam hari.

Herdi (nama samaran), warga di sekitar lokasi proyek, mengaku keluarganya sering terbangun karena getaran dari aktivitas pembangunan.

Hal itu disampaikannya, Rabu, 15 Oktober 2025, malam.

Baca Juga:Memancing Berujung Mencekam, Warga Balikpapan Diserang Buaya

“Kami ini banyak anak-anak di sini, Pak. Saat malam hari mereka sudah tidur, tiba-tiba getaran terasa kuat sampai anak-anak terbangun kaget,” ujarnya, dikutip Kamis, 16 Oktober 2025, dari kaltimetam.id--Jaringan Suara.com.

Ia menuturkan getaran terasa hingga tiga kali dalam semalam dan menyebabkan kerusakan pada rumahnya.

“Dinding ruang tamu dan dapur mulai retak. Lantai di bagian belakang sudah bergelombang. Kami khawatir kalau hujan deras tanahnya bisa ambles,” ucapnya.
Keluhan serupa datang dari Risma, warga lain yang juga merasakan dampak proyek. Ia menilai pelaksana proyek kurang memperhatikan keselamatan lingkungan dan enggan berkoordinasi dengan warga.

“Awalnya kami tidak tahu kalau mereka sedang uji pondasi. Tahu-tahu getarannya besar sekali. Kami sempat minta stop, tapi malah ditertawakan,” ungkapnya.

Risma menyebut ada sedikitnya lima rumah yang mengalami keretakan dengan tingkat kerusakan berbeda.

Baca Juga:Jembatan Layang Air Hitam, 10 Tahun Berselang: Keindahan Memudar, Kekhawatiran Meningkat

“Kalau di rumah saya, dari depan sampai ke belakang ada lebih dari sepuluh retakan. Di kamar anak saya juga renggang temboknya,” jelasnya.

Warga kini menuntut dua hal utama: jaminan keselamatan dan kompensasi atas kerusakan rumah mereka.

Mereka meminta pemerintah kota serta kontraktor turun langsung memeriksa kondisi tanah dan memperbaiki bangunan yang terdampak.

“Kalau pun tidak diganti uang, ya diperbaiki bangunannya. Yang penting aman dulu,” kata Risma.

Mereka juga menyoroti perlunya pendekatan lebih manusiawi dari pihak pelaksana proyek.

“Kalau memang proyek ini untuk kepentingan masyarakat luas, ya harusnya juga memperhatikan keselamatan masyarakat kecil di sekitar lokasi. Kami tidak menolak pembangunan, tapi jangan sampai rumah kami hancur karena proyek ini,” tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini