SuaraKaltim.id - Maraknya keberadaan anak jalanan (Anjal) dan pengemis di berbagai simpang lampu merah Samarinda menjadi perhatian serius DPRD Kota.
Menurut Ketua Komisi I DPRD Samarinda, Shamri Saputra, situasi ini tidak hanya mengganggu ketertiban umum, tapi juga menyoroti lemahnya dukungan infrastruktur dan anggaran dalam upaya penanganan.
Hal itu ia ungkapkan saat ditemui di ruang kerjanya, Samarinda, Rabu, 21 Mei 2025.
“Anak jalanan ini menjadi persoalan, bukan hanya di Samarinda, tetapi juga di daerah-daerah lain. Keberadaan mereka di lampu merah cukup mengganggu,” ungkapnya disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Kamis, 22 Mei 2025.
Shamri menyebut, pihaknya telah menggelar pertemuan dengan Satpol PP Samarinda guna membahas solusi jangka pendek dan panjang.
Namun, sejumlah keterbatasan teknis menjadi penghambat utama, salah satunya ketiadaan tempat penampungan bagi anak-anak dan pengemis yang ditertibkan.
“Kendala utama yang disampaikan Satpol PP adalah tidak adanya tempat penampungan atau ‘penjara’ bagi anak jalanan dan pengemis yang ditertibkan. Selain itu, tidak ada anggaran untuk kebutuhan makan dan operasional jika mereka harus ditahan sementara di kantor,” jelasnya.
Ia menilai, akar permasalahan terletak pada belum adanya kebijakan anggaran yang mendukung operasional lapangan secara maksimal.
Padahal, patroli rutin terus dilakukan, namun hasilnya belum optimal karena penanganan tidak berlanjut pasca-penertiban.
Baca Juga: Pemkot Samarinda Terapkan Parkir Berlangganan, Rp 1 Juta per Tahun untuk Mobil
“Masalahnya bukan hanya menangkap, tapi setelah ditangkap, mereka mau ditempatkan di mana? Dan siapa yang menanggung biaya selama mereka berada di sana?” ujarnya.
Sebagai langkah cepat, Shamri mendorong Satpol PP untuk menempatkan petugas secara berkala di titik-titik rawan, khususnya di persimpangan yang kerap dijadikan area "beroperasi" karena dianggap menguntungkan secara finansial.
Tak hanya itu, ia juga mengimbau agar warga tidak memberikan uang secara langsung kepada anak jalanan maupun pengemis.
Hal ini dinilai penting untuk memutus siklus ketergantungan mereka terhadap aktivitas jalanan.
“Bukan berarti kita tidak punya empati, tetapi ini bagian dari upaya menghentikan aksi mereka. Kalau tidak ada yang memberi, mereka akan lelah dan berhenti dengan sendirinya,” tegaasnya.
Shamri berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dapat segera menyusun kebijakan terpadu yang mencakup pengadaan rumah singgah, pendampingan sosial, serta dukungan anggaran yang berkelanjutan agar penanganan anak jalanan tak lagi bersifat sementara atau reaktif.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
Terkini
-
3 Bedak Terbaik untuk 40 Tahun ke Atas, Ringan dan Mudah Diaplikasikan
-
4 Mobil Bekas Murah Pilihan Keluarga: Efisien dan Andal di Segala Kondisi Ekonomi
-
5 Daftar Sepatu Lari Lokal Terbaik dengan Cengkeraman Kuat dan Bantalan Empuk
-
3 Mobil Bekas Kabin Mewah untuk Keluarga, Gagah dengan Bodi Dinamis
-
6 Daftar Mobil Bekas Tangguh dan Efisien, Harga Stabil Jika Dijual Kembali