Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Senin, 07 Juli 2025 | 15:12 WIB
Gubernur Rudy Mas'ud. [kaltimtoday.co]

Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mulai melakukan transisi serupa.

Salah satu alternatif yang disoroti adalah pemanfaatan tanaman sebagai sumber energi terbarukan.

"Kalau kita belum memanfaatkan pohon menjadi energi listrik, maka yang diincar adalah pasar ekspor, yakni pohon dengan kandungan listrik tinggi tersebut bisa dijual ke pasar global, China misalnya," jelasnya.

Budi mencontohkan sejumlah tanaman potensial seperti kaliandra merah, gamal, dan kedondong yang dapat dijadikan substitusi batu bara atau bahkan bahan bakar minyak.

Baca Juga: Dari Samarinda ke Nusantara: Kaltim Mantapkan Diri sebagai Pusat Kegiatan Nasional

Bila dikembangkan serius, Indonesia bisa mengambil peran dalam pasar energi terbarukan global.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penurunan permintaan batu bara dari China dan India sebenarnya telah terjadi sejak triwulan I hingga triwulan II tahun ini, tetapi diperkirakan mulai membaik pada semester kedua.

"Selain pencairan beberapa proyek pemerintah, sejumlah proyek strategis dari swasta pun diperkirakan membaik pada triwulan III dan IV," kata Budi.

Pemulihan ini akan ditopang oleh belanja pemerintah serta pencairan proyek-proyek infrastruktur, baik dari sektor publik maupun swasta. Faktor ini diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim menjelang akhir tahun.

Tak hanya permintaan batu bara yang menurun, Budi juga mencatat adanya tekanan pada industri manufaktur global yang turut menekan permintaan energi secara keseluruhan.

Baca Juga: Kaltim Siapkan Seragam Gratis untuk SMA, SMK, dan SLB, Tuntas 2026

Load More