Dampak Pandemi, Kisah Pengrajin Batik di Balikpapan Selamatkan Usaha dengan Membuat Masker

Tak hanya membuat masker, Sri Sunarty juga sempat membuat pesanan kue kering saat Ramadan tahun ini.

Denada S Putri
Kamis, 09 September 2021 | 12:55 WIB
Dampak Pandemi, Kisah Pengrajin Batik di Balikpapan Selamatkan Usaha dengan Membuat Masker
Sri Sunarty, pengrajin batik asal Balikpapan bersama pekerjanya membuat batik untuk dijadikan masker pelindung wajah. [Inibalikpapan.com]

SuaraKaltim.id - Ditengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, kreativitas tetap harus bekerja apalagi dikalangan pengusaha. Banyak diantaranya yang memulai usaha dari coba-coba.

Salah satunya Sri Sunarty. Dia adalah seorang pengusaha sekaligus pengrajin batik asal Kota Balikpapan.

Memulai usaha batik sejak 2017, dia sukses mendirikan rumah batik yang dinamai Batik Iwatik. Dia menceritakanm usaha ini ada karena dia mencoba mengikuti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Belajar rutin disana, mengasah kemampuannya hingga akhirnya dia memilih langkah pasti untuk maju.

Baca Juga:Beri 4 Opsi, Jalan Tertutup Tembok 2 Meter Dibongkar 1 Meter dengan Batas Waktu Sebulan

“Tahun 2017, saya mulai mengerti batik tulis itu seperti apa. Lalu saya mulai menggeluti. Tapi seiring waktu berjalan, batik tulis hanya diminati kalangan atas,” ujar perempuan berusia 58 tahun ini, melansir dari Inibalikpapan.com--Jaringan Suara.com, Kamis (9/9/2020).

Berkreasi sesukanya, membuat batik yang bisa dijangkau semua kalangan adalah impiannya. Dia lantas memilih seni batik printing. Batik ini pun mulai dikenal di Balikpapan.

Pesanan dari berbagai instansi mulai berdatangan untuk digunakan sebagai seragam. Bukan sembarang batik printing, sejumlah motif juga dibuat sendiri. Tak hanya itu, batik printing buatannya berbeda dengan batik serupa yang ada di pasaran. Batik printing miliknya mirip dengan batik tulis yang ditulis menggunakan tangan.

“Memang beda daripada yang lain. Kalau orang enggak tahu dikira batik tulis, padahal batik printing,” jelasnya.

Kecintaannya terhadap seni membatik sangat besar, dia mengakui karena hal itu makanya dia memberanikan diri untuk ikut pelatihan SKB.

Baca Juga:Usai Mediasi, Tembok 2 Meter Batu Ampar Balikpapan Dirobohkan, Tapi dengan Syarat..

Untuk bertahan dipasaran, dia juga berusaha menjaga kualitas batik miliknya, terus berinovasi dan mengasah kreativitas.

Dia menyebut, pasang surutnya pasar juga dia alami. Penjualan batik miliknya juga ikut merasakan dampak pandemi Covid-19. Sekali lagi, kreativitas dan inovasi harus dia kerahkan.

“Pemesanan batik, sebelum pandemi dari perusahaan dan lain-lainnya biasa 100 meter hingga 150 meter (per bulannya). Tinggal dikalikan Rp 80 ribu per meternya,” urainya.

Saat pandemi, dirinya mengaku hanya bisa berdiam diri di rumah dan melakukan pekerjaan lain untuk memeuhi kebuttuhan sehari-hari.

“Tidak ada produksi, karena sama sekali tidak ada pesanan, kalau ada pasti saya produksi,” lugasnya. 

Akibat itu, dirinya pun membuat inovasi lain seperti mengikuti tren pembuatan masker. Jika melihat situasi, tren tersebut memang sedang booming. Seluruh tempat di Balikpapan dan daerah lainnya, mewajibkan warganya untuk menggunakan masker. Hal itu sebagai ketentuan dalam menjalankan protokol kesehatan (Prokes).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini