Pakaian Adat Suku Dayak Benuaq saat Upacara Belian Bawo

Istilah bawo sendiri berarti daerah bukit atau gunung dan sering diartikan sebagai nama sub suku Dayak.

Denada S Putri
Selasa, 30 Januari 2024 | 18:30 WIB
Pakaian Adat Suku Dayak Benuaq saat Upacara Belian Bawo
Pakaian adat Suku Dayak Benuaq saat Upacara Belian Bawo. [Ist]

SuaraKaltim.id - Upacara adat Belian Bawo merupakan ritual menyembuhkan orang sakit ala suku Dayak Benuaq yang terkenal hingga saat ini.

Istilah bawo sendiri berarti daerah bukit atau gunung dan sering diartikan sebagai nama sub suku Dayak yang mendiami daerah dataran tinggi.

Letak dari sub suku Dayak ini biasanya berada di perbatasan Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

Lantas fungsi dari upacara belian bawo adalah untuk menyelidiki penyebab penyakit yang diderita oleh seseorang dan mencari tahu bagaimana cara menyembuhkannya.

Baca Juga:Apa Itu Kelentangan? Musik Tradisional Khas Suku Dayak Benuaq

Sementara, orang yang ahli dalam mengobati ini disebut pemeliaten. Pada saat melaksanakan upacara belian bawo, pemeliaten pun tidak boleh memakai pakaian yang sembarang.

Mereka harus memakai pakaian adat tradisional dan mempersiapkan diri dengan
mencoret bagian-bagian khusus dari tubuhnya dengan kapur sirih.

Biasanya, coretan itu adalah satu coretan di pipi kiri dan satu coretan di pipi kanan. Kemudian satu coretan di bagian dada sebelah kanan, empat coretan di lengan kanan dan empat coretan lengan kiri.

Kapur sirih ini berfungsi sebagai tanda pengenal pemeliaten untuk mengadakan hubungan dengan makhluk halus. Pemeliaten percaya dari tanda itu maka makhluk halus mau berhubungan dengan dia.

Pemeliaten kemudian memakai destar atau laukng dalam bahasa Benuaq yang artinya ikat kepala. Apabila pemeliaten memakai destar hitam polos, artinya ia menolak sihir hitam.

Baca Juga:Adat Pengantin Dayak Kanayatn, Dilarang Menikah dengan Kerabat Keluarga

Kemudian apabila ia mengenakan destar hitam bergaris putih, ia tidak dapat menolak segala sihir hitam dalam segala bentuknya.

Destar itu juga berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkuk berisi beras yang ditancapkan sebatang dian yang menyala yang berfungsi sebagai penerangan bagi pemeliaten ketika berhubungan dengan makhluk-makhluk halus.

Pemeliaten sendiri tidak memakai baju tetapi di badannya disilangkan kalung yang terdiri dari manik-manik dan patung-patung kecil.

Untuk celananya, pemeliten mengenakan kain panjang atau tapeh belian bawo yang berhias lalu di pinggagnya dililitkan kain panjang yang dihiasi ujungnya yang dinamai sempilit.

Kedua ujung sempilit ini tergantung
di samping kiri dan kanan kaki, sejajar dengan ujung tapeh di sebelah bawah.

Tapeh itu berfungsi untuk menutupi bagian bawah tubuh pemeliaten. Selain itu, tapeh berfungsi pula untuk menentukan tinggi rendahnya pengetahuan pemeliaten tentang sihir hitam dan sihir putih.

Kemudian pinggang pemeliaten itu memakai babat yang dihiasi manik-manik, taring binatang dan uang logam.
 
Babat ini berfungsi untuk menahan tapeh dan sempilit. Babat juga berfungsi tempat menympan jimat yang menolak sihir hitam.

Terakhir, di pergelangan tangan, pemeliaten mengenakan gelang yang dalam bahasa Benuaq disebut "ketakng" atau gelang belian.

Gelang itu berfungsi sebagai musik pengiring dalam upacara untuk memudahkan hubungan dengan makhluk-makhluk halus.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini