Pertanian vs Tambang: Pertaruhan Masa Depan Penyangga IKN

Selain Jonggon Jaya, sejumlah desa lain di kawasan peri urban juga menyimpan potensi kuat dalam mendukung ekosistem ekonomi IKN.

Denada S Putri
Sabtu, 05 Juli 2025 | 19:53 WIB
Pertanian vs Tambang: Pertaruhan Masa Depan Penyangga IKN
Ilustrasi pertanian vs tambang untuk pertaruhan masa depan penyangga IKN. [Ist]

SuaraKaltim.id - Transformasi ekonomi kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menunjukkan geliat positif. Badan Riset Daerah (Brida) Kalimantan Timur (Kaltim) telah menyelesaikan pemetaan potensi ekonomi di 16 desa dan kelurahan yang tersebar di wilayah peri-urban, mencakup sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Penajam Paser Utara (PPU).

Hal itu disampaikan Peneliti Brida Kaltim, Putwahyu Budiman, Jumat, 4 Juli 2025, di Samarinda.

"Sebanyak 16 desa/kelurahan tersebut tersebar di beberapa kecamatan baik di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) maupun Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU)," ujar Putwahyu, disadur dari ANTARA, Sabtu, 5 Juli 2025.

Salah satu contoh yang menonjol adalah Desa Jonggon Jaya di Kecamatan Loa Kulu, Kukar.

Baca Juga:574 CASN Otorita IKN Siap Tempati Rusun ASN di Kawasan Nusantara

Wilayah ini telah berkembang menjadi sentra pertanian pangan dan hortikultura yang tidak hanya menopang kebutuhan lokal, tetapi juga mendistribusikan hasilnya ke luar daerah.

Bahkan, suplai berasnya sudah menjangkau Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kaltim.

"Petani Jonggon juga ada yang membudidayakan jahe. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Kukar, tapi juga untuk dikirim ke pasar luar daerah, termasuk ke daerah Sepaku yang menjadi bagian kawasan IKN," ungkap Putwahyu.

Tak hanya jahe, petani di Jonggon Jaya juga mengembangkan budidaya jamur tiram dan rumput gajah untuk pakan ternak, yang telah dilirik oleh sejumlah perusahaan pembeli.

Sinergi sosial menjadi modal penting bagi produktivitas pertanian desa ini, mengingat masyarakatnya yang terdiri dari berbagai suku hidup dalam harmoni.

Baca Juga:Basuki: OIKN Hadirkan Pemerintahan Inklusif, 31,5% CASN Asal Kalimantan

“Kerukunan warga menjadi faktor pendukung dalam pembangunan dan pengembangan pertanian yang mendukung IKN. Meski datang dari berbagai etnis, seperti Jawa, Bugis, Dayak, namun mereka tetap guyub, tidak pernah terjadi konflik,” tambahnya.

Namun, di balik potensi besar itu, muncul gangguan serius dari keberadaan tambang ilegal.

Aktivitas tersebut menjadi ancaman nyata bagi upaya pengembangan sektor pertanian dan ketahanan pangan wilayah penyangga IKN.

“Tantangan justru datang dari tambang-tambang ilegal yang beroperasi di sana. Perlu ada tindakan nyata agar warga setempat leluasa dalam mengembangkan pertanian, yang juga dapat mendukung ketersediaan pasokan makanan ke IKN,” tegas Putwahyu.

Selain Jonggon Jaya, sejumlah desa lain di kawasan peri urban juga menyimpan potensi kuat dalam mendukung ekosistem ekonomi IKN.

Di antaranya Desa Loa Kulu dengan keunggulan di sektor perikanan air tawar dan pertanian pangan, Kelurahan Riko di PPU dengan kekuatan di udang dan perkebunan, serta sejumlah desa di Kecamatan Samboja yang andal dalam produksi hortikultura dan perikanan.

"Sedangkan di sejumlah wilayah peri urban lain juga potensial untuk mendukung ekonomi IKN seperti di Desa Loa Kulu, Kecamatan Loa Kulu dengan keunggulan perikanan air tawar dan pertanian pangan, di Kelurahan Riko, Kecamatan Penajam, PPU, dengan keunggulan udang dan perkebunan, sejumlah desa di Kecamatan Samboja, Kukar, dengan keunggulan perikanan dan hortikultura," ujar Putwahyu.

IKN Kobarkan Semangat 17 Agustus, Meski Tanpa Kepastian Upacara Nasional

Meski belum ada keputusan final dari pemerintah pusat mengenai lokasi upacara peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia secara nasional, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) memastikan tetap menggelar perayaan kemerdekaan dengan semarak di kawasan IKN.

Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono, menegaskan bahwa pihaknya hingga kini masih menantikan instruksi resmi dari Jakarta terkait penyelenggaraan upacara tingkat kenegaraan.

Hal itu ia sampaikan saat berada di Balikpapan, Jumat, 4 Juli 2025.

“Kita lagi menunggu arahan dari Jakarta untuk yang nasional bagaimana,” ujar Basuki disadur dari ANTARA, Sabtu, 5 Juli 2025.

Belum adanya kepastian apakah upacara kenegaraan akan digelar di Istana Merdeka atau dipindahkan ke kawasan IKN, tak menyurutkan semangat OIKN untuk tetap menggelar upacara secara mandiri.

Semangat peringatan kemerdekaan terus dikobarkan di jantung calon ibu kota baru.

“Tapi pasti kita bikin sendiri. Kita akan upacara bendera di IKN,” lanjutnya.

Tidak hanya menggelar upacara bendera, OIKN juga telah meluncurkan rangkaian kegiatan menyambut HUT RI sejak Kamis, 3 Juli 2025, dengan pembukaan lomba olahraga internal yang digelar meriah di Lapangan PSSI.

Lebih dari 1.000 peserta ambil bagian dalam perhelatan ini.

“Kami adakan olahraga pembukaan. Di Lapangan PSSI ada seribu orang ini,” ungkap Basuki.

Ada 11 jenis lomba yang siap meramaikan suasana, mulai dari sepak bola, tarik tambang, hingga kegiatan unik seperti Nusantara Idol dan bird race yang akan dilaksanakan di area Gunung Parung.

Meski bersifat internal, perayaan ini menjadi simbol tumbuhnya kehidupan dan budaya kenegaraan di IKN.

Bagi OIKN, momentum 17 Agustus bukan sekadar seremoni, tetapi juga penanda bahwa semangat nasionalisme mulai tumbuh dan berakar di tanah yang akan menjadi pusat pemerintahan masa depan Indonesia.

Dengan atau tanpa upacara kenegaraan nasional di lokasi, OIKN memastikan semangat peringatan kemerdekaan tetap menyala di IKN.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini