Keunikan Pakaian Tradisional Suku Paser, dari Pakaian Sehari-hari hingga Bekerja

Suku Paser ini menjadi salah satu suku asli di Kalimantan selain Kutai, Dayak, Tidung, Banjar dan Melayu.

Denada S Putri
Kamis, 01 Februari 2024 | 19:30 WIB
Keunikan Pakaian Tradisional Suku Paser, dari Pakaian Sehari-hari hingga Bekerja
Ilustrasi pakaian tradisional Suku Paser, untuk wanita. [Ist]

SuaraKaltim.id - Suku Paser atau biasa disebut Pasir merupakan sub suku Dayak yang leluhurnya berada di tanah sepanjang tenggara pulau Kalimantan atau di bagian Selatan dari Kalimantan Timur (Kaltim).

Suku Paser ini menjadi salah satu suku asli di Kalimantan selain Kutai, Dayak, Tidung, Banjar dan Melayu. Sama seperti banyak suku bangsa lainnya, Suku Paser juga memiliki adat dan kebudayaannya sendiri termasuk soal pakaian tradisional mereka.

Lantas bagaimana keunikan pakaian tradisional pria dan wanita dari Suku Paser di zaman dahulu hingga sekarang?

Pakaian Wanita

Baca Juga:Keunikan Kabupaten Kutai Timur, Ikon Budayanya Mulai Gantikan Tambang

Pakaian yang dipakai oleh wanita dewasa suku Pasir yaitu baju betel yang artinya baju lengan setengah. Bahan kainnya terbuat dari kain cita, kain poplin atau kain katun.

Sementara untuk bawahannya, wanita Paser biasanya memakai sarung atau tapih dari kain caul atau kain batik yang dijahit menyerupai sarung.

Dalam kesehariannya, wanita suku Paser biasanya menyanggul atau menggelong rambut mereka. Ada semacam sanggul khas suku Paser yang dinamakan gelong tanduk kerewau. Setelah disanggul ujung rambut membentuk seperti ekor sapi.

Dalam sanggul tersebut biasanya dipasangkan sebuah perhiasan. Perhiasan sanggul dalam bahasa Pasir disebut serekoi bungo gelong.

Bentuk dari serekoi bungo gelong ini seperti kelopak bunga terbuat dari emas atau perak bersepuh emas. Tetapi untuk pakaian sehari-hari, mereka tidak memakai serekoi atau bungo gelong.

Baca Juga:KPU PPU Temukan 897 Lembar Surat Suara Rusak

Pakaian Pria

Dalam keseharian sebelum perang dunia ke dua, para pria suku Paser biasa menggunakan pakaian laung atau destar untuk ikat kepalanya. Kemudian, seiring berkembangnya zaman, mereka lebih senang menggunakan opiah seperti kebanyakan suku bangsa lainnya.

Jika berada di rumah, mereka mengguanakan pakaian sesuai dengan kemampuan dan selera masing-masing. Ada yang memakai piyama, kemeja lengan pendek atau lengan panjang. Bagi yang kurang mampu, mereka memakai baju kaos lengan pendek atau baju kaos lengan panjang.

Saat bekerja yang kebanyakan berladang, bersawah atau mengambil kayu di hutan, para pria menggunakan pakaian yang berbeda-beda. Apabila mereka mengambil kayu rotan di hutan atau di kebun, mereka memakai kemeja panjang supaya tidak terkena duri rotan.

Sementara tutup kepala untuk menahan panas terik matahari, pria yang bekerja di ladang atau sawah memakai topi atau seraung yang dibuat dari daun nipah. Di daerah Pasir ada sejenis seraung yang dianyam dari bambu atau rotan yang dinamai seraung bantan.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak