SuaraKaltim.id - Beredarnya kembali foto longsor di kawasan proyek Terowongan Samarinda belakangan ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Narasi yang beredar seolah-olah kejadian tersebut baru saja terjadi di sekitar Jalan Sultan Alimuddin, Kecamatan Samarinda Ilir.
Merespons hal itu, Wali Kota Samarinda Andi Harun menegaskan bahwa informasi yang tersebar merupakan bentuk disinformasi.
Ia memastikan bahwa foto yang viral adalah dokumentasi lama, tepatnya saat insiden longsor pada Mei 2025 lalu, yang dipicu curah hujan tinggi.
Baca Juga:DPRD Samarinda Turun Tangan, Pendirian Gereja Toraja Akan Dimediasi Ulang
Hal itu ditegaskan Andi Harun, saat berada di Samarinda, Senin, 14 Juli 2025.
“Foto itu produksi ulang. Itu memang kejadian bulan Mei, bukan sekarang. Tapi ada buzzer yang memviralkannya seolah-olah longsor terjadi baru-baru ini,” tegas Andi Harun, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Selasa, 15 Juli 2025.
Ia menyayangkan beredarnya informasi keliru yang dinilai sengaja digoreng untuk menimbulkan kegaduhan, padahal faktanya sudah lama ditangani secara cepat oleh pemerintah kota.
“Mudah-mudahan mereka sadar. Karena menyebarkan berita bohong seperti itu bukan menyakiti saya sebagai wali kota, tapi menyakiti masyarakat Samarinda,” katanya dengan nada serius.
Andi tidak menampik bahwa pada bulan Mei lalu sempat terjadi pergerakan tanah di lokasi proyek, yang dalam kajian geologi termasuk kategori endapan talus dan rentan mengalami longsor akibat faktor alam seperti hujan ekstrem.
Baca Juga:Bukan Gelombang Kedua, Samarinda Hanya Sempurnakan Kuota Sisa PPDB
Namun, ia memastikan bahwa pemerintah bertindak cepat mengantisipasi dampak lebih lanjut.
“Kami tidak menutup-nutupi. Begitu terjadi pergerakan tanah, langsung kami kerjakan. Bahkan pekerjaan stabilisasi lereng yang seharusnya baru dikerjakan awal 2025, sudah kami mulai lebih cepat,” jelasnya.
Ia mengungkapkan bahwa pekerjaan penanganan sempat mengalami kendala anggaran akibat pemangkasan sekitar Rp 50 miliar dari total dana proyek multiyears terowongan.
Meski begitu, pihaknya tetap menjalankan langkah-langkah prioritas dengan penuh kehati-hatian.
"Apapun yang terjadi, prinsip kami tetap: salus populi suprema lex esto, keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Ada atau tidak ada isu seperti ini, keselamatan warga tetap menjadi pertimbangan utama dalam pengerjaan proyek," tegas Andi.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terpancing dengan narasi yang tak berdasar.
Menerima informasi dengan bijak, menurutnya, adalah bentuk kecintaan terhadap kota sendiri.
“Saya tidak melarang kritik. Tapi jangan sampai kehilangan cinta pada kota ini. Kritik boleh, tapi pastikan yang disampaikan itu benar. Jangan malah menyebarkan keresahan lewat berita bohong,” tuturnya.
Struktur Terowongan Aman, Longsor di Inlet Tak Ganggu Proyek Strategis Samarinda
Meski sempat terjadi longsor di lereng sisi inlet Jalan Sultan Alimuddin, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memastikan bahwa struktur utama Terowongan Samarinda tetap dalam kondisi aman.
Longsor tersebut terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah itu pada Senin, 12 Mei 2025.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menegaskan bahwa yang terdampak bukanlah bagian vital dari konstruksi.
Ia menyebut longsor hanya terjadi pada penahan tanah sementara yang memang belum dibangun secara permanen.
"Jadi gini, terowongan itu secara struktur aman. Kalau yang di luar itu memang baru penahan sementara. Baru tahun ini kalau enggak salah sudah dalam proses lelang," ujar Andi Harun, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 14 Mei 2025.
Penahan lereng di area inlet memang dirancang bersifat sementara selama tahap awal proyek, sementara fokus utama pekerjaan sebelumnya adalah membangun badan terowongan.
"Pada pekerja yang terdahulu kan kita fokus pada terowongannya. Dan terowongannya aman, tidak ada retak, tidak ada apa-apa," jelasnya.
Ia juga membantah anggapan bahwa proyek mengalami keterlambatan.
Menurutnya, bagian inti dari konstruksi sudah tuntas, dan saat ini tinggal menyelesaikan penguatan di sisi inlet dan outlet, yang telah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025.
"Enggak molor. Karena badan terowongan prinsipnya bisa dikatakan sudah selesai. Yang yang akan dilakukan penguatan adalah inlet dan outlet-nya.”
Dalam keterangan tertulis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda, hujan dengan intensitas tinggi sejak dini hari 12 Mei disebut sebagai penyebab pergerakan tanah di area kanan pintu masuk terowongan.
Sejak Februari 2025, tim teknis telah melakukan investigasi geologi dan menemukan bahwa di luar area jalur resmi proyek (Right of Way/ROW) terdapat endapan longsoran lama atau talus deposit.
Temuan ini menunjukkan adanya potensi pergerakan lereng, sehingga pemetaan dan perencanaan teknis langsung dilakukan.
Penanganan yang akan diterapkan meliputi tahapan stabilisasi lereng, pembersihan material longsor, serta pemasangan sistem penguatan berupa shotcrete dan rockbolt guna menjamin kestabilan jangka panjang.
Maka, perencanaan berbasis data geoteknik, Pemkot Samarinda menunjukkan kesiapannya dalam menangani risiko alamiah tanpa mengorbankan keberlanjutan proyek strategis tersebut.