SuaraKaltim.id - Dugaan pungutan liar (pungli) mencuat di wilayah Kampung Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau.
Sejumlah sopir angkutan mengaku kerap tertahan berjam-jam saat hendak memuat cangkang sawit di pabrik mini milik PT Brau Agro Asia (BAA), karena harus menunggu pembayaran royalti ke oknum pejabat kampung.
Praktik ini disinyalir telah berlangsung sejak 2022, dan menjadi keluhan rutin para pengemudi yang merasa aktivitas kerja mereka terganggu.
Berdasarkan informasi di lapangan, pungli itu dikenakan kepada pihak pembeli sebelum diperbolehkan melakukan loading, meski semestinya sistem bagi hasil ditentukan langsung antara perusahaan dan pihak kampung.
Baca Juga:Tragedi di Desa Miau Baru: Pemilik Kebun Sawit Ditemukan Tewas, Diduga Dibunuh
Seorang sopir truk yang enggan disebutkan namanya saat ditemui di depan pintu masuk Pabrik Mini Kelapa Sawit (PMKS) PT BAA, Senin, 5 Mei 2025.
"Info dari security di-stop pemuatan cangkang sama orang kampung (Gunung Sari) karena infonya setiap loading cangkang wajib bayar uang royalti," ujar sopir tersebut dikutip dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Selasa, 6 Mei 2025.
Kondisi tersebut menyebabkan penumpukan truk dan kerugian waktu bagi para sopir yang seharusnya bisa melanjutkan aktivitas angkutan lainnya. Mereka menyebut, antrean dan penundaan terjadi hampir setiap hari.
"Kita hampir tiap hari loh begini pak, mau datang lebih awal kaya malam hari atau datang pagi sama saja pasti pemuatan kita terhambat, aktivitas bongkar muat kita jadi tidak maksimal, silahkan tanya sopir-sopir lain pasti tetap sama keluhan mereka," ungkap sopir lainnya.
"Selalunya kami semua masih antre di pabrik, belum diisikan (cangkang sawit) sebelum ada izin orang kampung kalau bisa lewat," tambah pengemudi lain yang ikut antre.
Baca Juga:Harga Tandan Buah Segar Sawit di Kaltim Tembus Rp 3.251 per Kg pada Desember 2024
Dikonfirmasi terpisah, pihak perusahaan melalui Humas PT BAA, Yustinus, mengaku tidak mengetahui praktik tersebut.
"Saya tidak tahu info," balasnya singkat saat dihubungi via pesan singkat.
Sikap serupa ditunjukkan oleh Camat Segah, Noor Alam, yang enggan memberikan komentar.
Namun menurut informasi yang dihimpun di lapangan, praktik pungutan itu diduga dikendalikan oleh Kepala Kampung Gunung Sari berinisial J, dengan dalih penarikan atas nama Karang Taruna.
Kampung Gunung Sari: Potret Kehidupan di Jantung Kecamatan Segah
Kampung Gunung Sari merupakan salah satu desa atau kampung yang berada di wilayah administratif Kecamatan Segah, Kabupaten Berau.
Sebagai bagian dari Berau, kampung ini tentu memiliki karakteristik geografis, sosial, dan ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi regional Kalimantan Timur.
Geografi dan Lingkungan
Kecamatan Segah sendiri dikenal dengan lanskapnya yang didominasi oleh hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Kemungkinan besar, Kampung Gunung Sari juga dikelilingi oleh kehijauan alam, dengan potensi sumber daya alam seperti hasil hutan non-kayu, sungai, dan mungkin juga potensi pertanian atau perkebunan skala kecil.
Letak geografis ini tentu mempengaruhi mata pencaharian sebagian besar penduduknya, yang kemungkinan besar terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan atau sektor pertanian dan perkebunan.
Keberadaan sungai juga bisa menjadi sumber air bersih dan jalur transportasi tradisional bagi sebagian masyarakat.
Sosial dan Budaya
Sebagai bagian dari Kabupaten Berau, masyarakat Kampung Gunung Sari kemungkinan besar memiliki akar budaya yang kuat, dipengaruhi oleh suku-suku asli Kalimantan seperti suku Dayak.
Tradisi lisan, seni kerajinan, upacara adat, dan kearifan lokal dalam mengelola lingkungan hidup kemungkinan masih terjaga dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kehidupan sosial di kampung ini kemungkinan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong.
Interaksi antar warga dalam kegiatan sehari-hari, seperti bercocok tanam, membangun rumah, atau melaksanakan kegiatan adat, menjadi ciri khas kehidupan di pedesaan.
Ekonomi
Perekonomian Kampung Gunung Sari kemungkinan besar didominasi oleh sektor primer, seperti:
- Pertanian: Budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung, atau ubi kayu, serta tanaman hortikultura.
- Perkebunan: Potensi perkebunan seperti kelapa sawit, karet, atau komoditas lokal lainnya.
- Hasil Hutan Non-Kayu: Pemanfaatan hasil hutan seperti madu, rotan, atau tanaman obat-obatan.
Perikanan: Jika terdapat akses ke sungai atau perairan, sebagian masyarakat mungkin berprofesi sebagai nelayan sungai. - Seiring dengan perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan adanya diversifikasi mata pencaharian ke sektor lain seperti perdagangan skala kecil atau jasa, terutama jika aksesibilitas ke wilayah lain semakin meningkat.
Potensi dan Tantangan
Kampung Gunung Sari, seperti wilayah pedesaan lainnya, memiliki potensi dan tantangan tersendiri.
Potensi
- Kekayaan Alam: Lingkungan yang asri dan sumber daya alam yang melimpah dapat menjadi modal pembangunan yang berkelanjutan.
- Keunikan Budaya: Tradisi dan kearifan lokal dapat menjadi daya tarik wisata budaya.
- Potensi Agrowisata: Kombinasi antara pertanian dan keindahan alam dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
- Keramahan Masyarakat: Kehidupan sosial yang erat dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi pendatang.
Tantangan
- Aksesibilitas: Terkadang, akses transportasi dan komunikasi di wilayah pedesaan bisa menjadi kendala.
- Infrastruktur: Ketersediaan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air bersih, dan fasilitas kesehatan serta pendidikan mungkin masih terbatas.
- Pendidikan dan Kesehatan: Akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas perlu terus ditingkatkan.
- Pemberdayaan Ekonomi: Pengembangan potensi ekonomi lokal dan peningkatan keterampilan masyarakat menjadi penting untuk meningkatkan kesejahteraan.
Ancaman Degradasi Lingkungan: Aktivitas yang tidak terkontrol dapat mengancam kelestarian hutan dan sumber daya alam.